
Ukraina Terpaksa Daur Ulang Bom Tua, Ini Alasannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Tentara Ukraina tengah memutar otak untuk mendaur ulang bom tua yang belum meledak. Pasalnya, amunisi perang Ukraina dikabarkan menipis.
Selain itu, Ukraina juga membatasi rasio penyerangan. Menurut laporan The Washington Post, brigade bermotor di perbatasan timur Ukraina kini cuma menembak dengan senjata artileri sebanyak 1-2 kali, bahkan kadang tidak sama sekali.
Sebelumnya, pasukan brigade bermotor bisa menembakkan lebih dari 20-30 kali peluru artileri di area tersebut, dikutip Senin (10/4/2023).
Dalam upaya berinovasi, tentara Ukraina mengadakan workshop bawah tanah untuk mendaur ulang persenjataan lama yang tidak meledak. Mereka menggunakan printer 3D untuk membuat amunisi kecil yang dapat dijatuhkan dari drone.
Selain itu, pasukan militer juga lebih berhati-hati dalam menyerang target agar tak menghamburkan persediaan senjata secara cuma-cuma.
Kendati begitu, secara keseluruhan Ukraina masih menembakkan sekitar 7.700 peluru dalam satu hari, menurut keterangan pejabat yang enggan disebutkan identitasnya. Sebagai perbandingan, Rusia menembakkan 3 kali lipat jumlah peluru tersebut menurut perkiraan.
Bakhmut Biang Kerok Senjata Ukraina Menipis
Menipisnya cadangan peralatan perang Ukraina salah satunya disebabkan oleh pertempuran berdarah yang berlangsung lama di Bakhmut. Baik Rusia dan Ukraina menghabiskan banyak persediaan perang selama perang intensif tersebut.
Ukraina sendiri bergantung pada sekutu Barat untuk mendapatkan lebih banyak pasokan. Selama ini, negara sekutu berebut untuk menyediakan peralatan perang bagi Ukraina.
Menurut Michael Kofman, direktur Rusia Studies Program di Center for Naval Analysis, upaya negara sekutu menyuplai senjata ke Ukraina untuk menangkal serangan Rusia memang sudah dilakukan dengan baik selama ini.
Namun, menyediakan pasokan senjata yang mampu mengungguli Rusia masih perlu ditingkatkan.
Pada Februari lalu, Sekjen NATO Jens Stoltenberg mengatakan bahwa perang Ukraina menghabiskan banyak amunisi cadangan senjata negara sekutu.
"Tingkat pengeluaran amunisi Ukraina saat ini berkali-kali lipat lebih tinggi ketimbang tingkat produksi kami," kata dia kala itu.
Ia menyarankan agar negara sekutu mulai memperluas produksi amunisi untuk Ukraina. Salah satunya bisa dengan berinvestasi lebih untuk fasilitas produksi.
Laporan Insider mengatakan Biden Administration berjanji mengirim lebih dari 200.000 artileri, roket, dan tank. Kendati demikian, AS juga menghadapi keterbatasan produksi berkapasitas tinggi.
Sejalan dengan itu, Uni Eropa juga berencana mengirimkan 1 juta amunisi untuk memenuhi kebutuhan perang Ukraina.
(tib)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ukraina Punya Senjata Baru Rp 38 T, Siap Musnahkan Rusia
