
Robot Gantikan Manusia Beribadah, Tanda Kiamat Baru?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bukan cuma profesi guru, seniman, dan copywriter, yang terancam punah akibat perkembangan teknologi otomatisasi dan kecerdasan buatan (AI). Bahkan, teknologi bisa menggantikan peran manusia dalam beribadah.
Pada 2017 lalu, firma teknologi di India memperkenalkan robot 'tangan' yang bisa melakukan ritual 'aarti', yakni salah satu ibadah umat Hindu. Aarti merupakan ritual di mana seseorang membawa lampu minyak sambil menggerakkannya ke arah para dewa sebagai simbol menghilangkan energi buruk.
Robot tersebut diperkenalkan pada festival Ganpati, yakni ritual tahunan yang mengumpulkan jutaan umat Hindu. Patung Ganesha yang merepresentasikan Tuhan berkepala gajah dibawa dalam prosesi sakral di sungai Mula-Mutha, India Tengah.
Sejak saat itu, penerapan robot ibadah menginspirasi beberapa prototipe lainnya. Beberapa masih digunakan untuk ritual ibadah di India, hingga digunakan pula di beberapa kawasan Asia Timur dan Asia Selatan lainnya.
Bahkan, ritual robot kini tersedia di kuil gajah animatronik di Kerala, area pesisi di pantai selatan India, dikutip dari BigThink, Senin (3/4/2023).
Kontroversi Robot Religius
Namun, penerapan robot untuk kegiatan ibadah masih mendulang kontroversi. Beberapa orang menganggap penggunaan AI dan robot yang mewakilkan manusia dalam ibadah merupakan inovasi yang baik.
Sementara itu, kelompok lainnya khawatir bahwa robot yang menggantikan praktisi agama mencerminkan masa depan yang suram.
Menilik ke sejarah, penerapan robot untuk ibadah sebenarnya bukan hal baru. Menurut Thaneswar Sarmah, seorang akademisi dan kritikus sastra Sansekerta, robot Hindu sudah muncul di era Raja Manu, yakni raja pertama di peradaban manusia menurut kepercayaan Hindu.
Ibu Manu, Saranyu, yang merupakan anak seorang arsitek, dikatakan membangun patung bernyata untuk melakukan semua pekerjaan rumah tangga dan kewajiban ritualnya kala itu.
Ahli cerita rakyat, Adrienne Mayor, mengatakan banyak cerita religius tentang ikon mekanis berasal dari epos Hindu. Misalnya kereta perang mekanis dari dewa perang Hindu, Visvakarman. Cerita teknologi masa lampau itu dipandang sebagai 'nenek moyang' dari robot religius modern yang hadir saat ini.
Kendati begitu, tetap saja kehadiran robot religius ini mendatangkan pro kontra. Selain dinilai mengganggu kesakralan ibadah, ada juga kekhawatiran robot dapat menyebabkan umat manusia meninggalkan praktik keagamaan.
Tempat Ibadah Sepi Gegara Robot
Pasalnya, kuil yang mulai mengandalkan otomatisasi ketimbang praktik manual untuk menyembah dewa dianggap menjadi biang kerok sepinya tempat ibadah.
Kekhawatiran ini bersumbu pada fakta penurunan jumlah kaum muda yang mau mengabdikan hidup mereka untuk pendidikan dan praktik spiritual. Tren ini sudah terjadi sejak beberapa dekade terakhir di Asia Selatan.
Selain itu, para pendeta atau 'pandit' kini hanya melayani komunitas umat yang makin kecil jika dibandingkan beberapa dekade sebelumnya.
Menurut para peneliti, kekhawatiran banyak orang soal robot religius bersumpu pada satu persoalan. Bahwasanya, robot mampu melakukan ritual keagamaan lebh sempurna ketimbang manusia.
Robot mampu menjadi solusi dari kelemahan manusia, sebab robot tak bisa lelah, tak bisa lupa dengan apa yang harus dikatakan, serta tak bisa tidur dan meninggalkan ritual.
Hal ini pada akhirnya menjadi paradoks budaya tertentu, di mana ritual terbaik pada hakikatnya tidak melibatkan manusia sama sekali.
Kendati begitu, perlu dicatat bahwa esensi ritual agama sejatinya adalah interaksi batin antara manusia dan Tuhan yang disembah. Hal ini tak akan bisa digantikan oleh robot paling canggih sekalipun.
(tib)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ngeri, Giliran PBB yang Buka-bukaan soal Tanda Kiamat