2023 Haram Bakar Duit, Ini Strategi Startup Pikat Investor
Jakarta, CNBC Indonesia - Koreksi yang terjadi di industri startup seperti fintech, disebut dapat membuat mereka terlihat mana yang dikelola dengan baik sehingga bisa bertahan dan startup yang kurang sehingga sulit untuk berkembang.
Melihat fenomena ini, Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani mengatakan, secara umum kondisi startup di Indonesia masih sangat baik.
Seperti yang diketahui bahwa beberapa sektor meskipun yang sudah disebut matang seperti e-commerce, setiap tahun masih tumbuh 20%.
"Belum lagi sektor-sektor yang sebetulnya belum di-disturb oleh teknologi dan itu room to grow masih sangat tinggi," kata Edward dalam Profit di CNBC Indonesia.
Tujuannya itu satu, adalah untuk memperpanjang runwayBendahara Amvesindo Edward Chamdani |
Menurutnya, di sinilah startup harus pintar melihat peluang, bagaimana mereka bisa masuk ke pasar di mana belum ada disrupsi. Sehingga membuka peluang bagi startup untuk berkembang lebih besar lagi karena pangsa pasar Indonesia masih sangat sangat besar.
Amvesindo sendiri sangat aktif menjalin hubungan dengan OJK maupun dengan instansi-instansi terkait, untuk terutama startup-startup yang memang fokus di hulu.
"Kenapa hulu, karena kami tahu bahwa untuk mendanai di sektor hulu itu returnnya akan lebih lama karena kita harus menunggu value change nya lebih dulu," ujarnya.
"Untuk bisa mempersiapkan infrastruktur ini, jadi di hulu kami harus bekerja sama dengan berbagai macam instansi baik di triplehelix maupun pentahelix agar sebelum venture capital masuk itu bisa didanai oleh mereka dulu," imbuhnya.
PHK yang belakangan sering terjadi, dan dengan kondisi makro yang terjadi menciptakan sentimen kurang baik.
Menurutnya, kebanyakan dari startup jadi lebih selektif untuk memilih mana yang menjadi core atau inti bisnis model mereka, mana yang kira-kira dapat tinggalkan dahulu sementara dalam kondisi saat ini.
"Jadi tujuannya itu satu adalah untuk memperpanjang runway dari startup itu sendiri." pungkasnya.
Ubah strategi
Goncangan 2022 mau tidak mau mengharuskan startup mengubah fokus bisnis mereka, salah satunya membuat perusahaan di Indonesia memiliki unit economics yang jauh lebih baik dibanding sebelum 2020.
Managing Partner of Indogen Capital, Chandra Firmanto mengatakan pada waktu 2020, zero interest rate mendorong investor jorjoran melakukan pendanaan.
Valuasi di Indonesia sendiri masih sangat reasonableManaging Partner Indogen Capital Chandra Firmanto |
Kondisi tersebut dinilai Chandra kurang baik untuk jangka panjang. Sedikit perubahan yang terjadi belakangan ini di bisnis startup, ia sebut baik untuk industri perusahaan rintisan atau investasi ke depannya karena valuasinya jadi lebih masuk akal.
"Kalau dari seed seperti pre-seed atau pre-series, valuasi di Indonesia sendiri masih sangat reasonable, sangat oke," kata Chandra di Profit CNBC Indonesia.
Sentimen serupa diungkap oleh investor asing. Mereka, kata Chandra, menyebut valuasi startup-startup di Indonesia dan Southeast Asia bagus, tidak seperti di Amerika dan China.
Sebab di Amerika dan China merasakan dampak yang luar biasa akibat adanya koreksi pada makroekonomi global, yang membuat banyak perusahaan goyang.
"Karena mereka sudah unicorn, decacorn, itu (koreksi) impactnya lebih terasa karena ada adjusment," jelasnya.
Sementara itu, untuk startup yang berada di early stage keadaan sekarang merupakan waktu yang tepat untuk menyesuaikan 'game plan' dengan fokus pada pendapatan, profitabilitas dan kolaborasi dengan pemerintah.
"Perusahaan-perusahaan itu akan secara jangka panjang bisa jadi startup yang sukses dan valuasi oke," kata dia.
"Sehingga nanti kalau mereka listing ke IDX misalnya, itu akan bisa diterima oleh pasar dengan sangat baik karena valuasinya oke, dan juga pada waktu listing sudah profitable." pungkasnya.
(dem)