
Astronaut SpaceX Mau Puasa di Orbit, Ternyata Ada Fatwanya

Jakarta, CNBC Indonesia - Ada sejumlah astronaut yang menghabiskan bulan Ramadan di luar angkasa. Ternyata ada cara untuk menentukan lama puasa di sana.
Dalam studi berjudul Muslims in Outer Space yang dipublikasikan di Harvard Divinity School, menuliskan penentuan shalat dan puasa selama Ramadan. Menurut para ulama, mereka bisa mengikuti zona waktu tempat saat meninggalkan Bumi, dikutip Jumat (24/2/2023).
Keputusan itu dibuat saat salah satu astronaut muslim akan pergi ke luar angkasa bernama Sheikh Muszaphar Shukor asal Malaysia. Dia meluncur tahun 2007 dengan Soyuz TMA-11 Rusia.
Saat itu pemerintah Malaysia mengadakan pertemuan dengan 150 sarjana hukum Islam, ilmuwan, dan astronaut membuat pedoman bagi Shukor. Mereka akhirnya mengeluarkan fatwa untuk membantu astronaut di masa depan.
Karena keputusannya mengikuti tempat meninggalkan Bumi, untuk Shukor berada di Kazakhstan.
Selain itu, mereka juga mengatakan untuk sujud saat salat di lingkungan tanpa gravitas bisa melakukan gerakan sesuai kepala mereka atau membayangkan gerakan yang umum dilakukan di Bumi.
Sementara bulan akhir ini, seorang astronaut muslim juga akan menghabiskan bulan Ramadhan di antariksa. Dia adalah Sultan Al Neyadi yang merupakan awak misi Crew-6 SpaceX.
Al Neyadi direncanakan akan meluncur dari Bumi pada 26 Februari 2023 mendatang. Dia menjelaskan akan mencoba berpuasa selama beberapa hari di antariksa.
"Kita akan lihat bagaimana hasilnya," ungkapnya dikutip dari Space.com. "Kami sebenarnya diizinkan untuk makan-makanan yang cukup dan mencegah peningkatan kekurangan makanan atau nutrisi atau hidrasi".
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Astronaut Minta Ongkos ke Bumi, Wanita Ini Kirim Rp 460 Juta