JD.ID Tutup, Bukti Warga RI Tak Peduli Produk Ori?

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
02 February 2023 09:55
Kurir JDid melintas di depan gudang JDid,Marunda, Jakarta, (31/1./2023). Pantauan CNBC Indonesia di lokasi terlihat sejumlah kurir menaiki barang pesanan ke mobil. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Kurir JDid melintas di depan gudang JDid,Marunda, Jakarta, (31/1./2023). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu e-commerce Indonesia, JD.ID, akan menutup layanan secara permanen pada 31 Maret 2023. Sebelumnya, JD.ID yang merupakan perusahaan patungan JD.Com dan pengusaha Indonesia ini mengumumkan PHK besar-besaran.

Lalu apa yang menjadi JD.ID kalah saing dibandingkan dengan ecommerce lain seperti Tokopedia, Shopee dan Lazada?

Menurut Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, ada beberapa hal yang menjadi faktor. Pertama, pasar di Indonesia, terutama ecommerce B2C (business to consumer), mengandalkan loyalitas temporer dengan promo dan diskon. Sementara JD.iD ia melihat promo yang diberikan kurang sebesar pesaingnya.

Kedua, JD.ID punya klaim yang menjual produk orisinal, sementara daya beli masyarakat Indonesia soal edukasi mengenai produk orisinal masih kurang.

Kalau udah ada satu ngapain di HP ada 2,3 ecommerce Bhima Yudhistira, Celios

"Akhirnya banyak barang-barang palsu yang diperjualbelikan di platform ecommerce lainnya, termasuk di platform media sosial, kalah saing," kata Bhima dalam panggilan telepon, dikutip Kamis (2/2/2023).

Jadi, lanjut Bhima, ada sikap permisif pada konsumen digital di Indonesia. Artinya mereka membenarkan bahwa membeli barang palsu itu tidak masalah dan dianggap tidak melanggar aturan. "Itu memang faktanya lebih menarik," tuturnya.

Menurut Bhima, tutupnya layanan JD.ID juga karena faktor marketing. Di mana cara pemasarannya tidak semasif pemain papan atas, meskipun di negara asalnya, China, platform ini tergolong cukup besar. Tapi di indonesia biaya marketing dan pemasarannya tidak semasif di negara lainnya.

Faktor lainnya datang dari pasar ecommerce di Indonesia yang saat ini dinilai sudah jenuh, meskipun klaimnya masih kecil di angka 5 persen dari total retail.

"Kenapa udah jenuh? karena ecommerce itu makin mengerucut kedua atau tiga pemain besar yang produknya lengkap, cara pembayarannya lengkap, cara pengiriman banyak bervariasi. Sehingga konsumen ketika mendownload suatu aplikasi mereka keberatan switching ke ecommerce lain," jelas Bhima.

"Kalau udah ada satu ngapain di HP ada 2,3 ecommerce," tambahnya.

Selain itu mobilitas masyarakat saat ini sudah kembali normal, di mana banyak orang belanja di tempat fisik. "Kalau yang tidak kuat untuk terus menerus menarik dengan cara promo ya ditinggal konsumen." pungkasnya.


(dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article JD.ID Bangkrut, Pelanggan Mau Retur Barang ke Mana?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular