
China Mau Bikin Mata Uang Digital Asia, Indonesia Diajak?

Jakarta, CNBC Indonesia - China mengusulkan untuk merilis mata uang digital Asia. Token itu direncanakan akan dipatok ke 13 mata uang, termasuk yuan Jepang, won Korea Selatan, serta mata uang 10 negara di Asia Tenggara.
"Lebih dari 20 tahun integrasi ekonomi yang mendalam di Asia Timur telah meletakkan dasar yang baik untuk kerja sama mata uang regional. Kondisi untuk mendirikan Yuan Asia telah terbentuk secara bertahap," kata Song Shuang, Liu Dongmin, dan Zhou Xuezhi yang merupakan peneliti dari Institute of World Economics and Politics di bawah Chinese Academy of Social Sciences, dikutip dari SCMP, Senin (17/10/2022).
Mata uang itu akan didukung oleh teknologi buku besar pintar. Dengan begitu mencegah dominasi satu negara dan menghilangkan hambatan dalam rangka kerja sama moneter regional.
Para peneliti China mengusulkan sistem stablecoin yang mematok mata uang virtual tersebut ke mata uang 13 negara di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara, termasuk rupiah milik Indonesia.
Selain itu, mata uang virtual bersama akan menurunkan ketergantungan Asia pada dolar Amerika Serikat (AS) serta membantu stabilitas keuangan, ungkap peneliti dari China.
Mereka merujuk pada volatilitas pasar keuangan yang dipicu oleh kenaikan suku bunga AS yang agresif. Hal tersebut berdampak negatif pada cadangan devisa negara yang berada di Asia.
"Negara-negara Asia Timur telah lama menyelesaikan perdagangan mereka dalam dolar AS, memperburuk ketidaksesuaian mata uang dan risiko nilai tukar. Itu pemicu krisis keuangan Asia 1997," jelas para peneliti.
Sebenarnya mata uang bersama telah diusulkan oleh Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad. Dia beralasan mata yang itu untuk menggantikan dolar AS selama krisis keuangan Asia tahun 1997 serta menegaskan kembali pada 2019 lalu.
Selain itu Bank Pembangunan Asia juga mengusulkan Unit Mata Uang Asia pada 2006. Namun akhirnya usulan itu dibatalkan.
China telah melakukan uji coba ekstensif pada mata uang digital bank sentral sendiri atau e-CNY. Mata uangnya telah diuji coba pada 23 kota besar, khususnya untuk pembayaran ritel kecil, serta 5,6 juta pedagang menerimanya. Dilaporkan transaksi akumulatif pada akhir Agustus lalu mencapai 100 miliar yuan.
Belum ada jadwal yang ditetapkan untuk peluncuran e-CNY. Selain digunakan untuk domestik, dilaporkan Bank Sentral China sedang menjajaki penggunaan lintas batas dengan Thailand, Uni Emirat Arab dan Hong Kong.
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Negara Ini Uji Coba Uang Digital 2023, Uang Kertas Lenyap?
