Kisah Driver Ojol Kerja 12 Jam, Bagaimana Pendapatannya?

Tech - Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
13 October 2022 18:55
Ribuan massa dari Ojek Online longmarch menuju kantor DPR Jakarta, Senin (23/4) . Aksi tersebut menuntut penyamarataan tarif ojek online di harga Rp 3.000 sampai Rp 3.500/km serta kepastian hukum dari ojek online. Foto: Driver ojek online - ojol (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengemudi ojek online (ojol) sebagai mitra mengaku tidak merasakan pendapatannya meningkat meskipun ada kenaikan tarif ojol.

Salah satu penyebabnya adalah harga BBM naik. Pendapatan yang mereka dapat jadi tidak bisa menutup ongkos yang mereka harus keluarkan.

Ketua Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI) Lily Pujiati, menjelaskan jika dulu bisa mengisi bahan bakar sekitar Rp 25 ribu, masih ada sisa yang dibawa pulang oleh para pengemudi. Tapi sekarang hal itu tidak bisa terjadi.

"Dulu ngisi sekitar 25 ribu ada selisih, ya kita ada sisa ya yang dibawa pulang, 30 ribu 25 ribu. Kekuatan driver kan pasti ngisinya pasti 20-25," ujar Lily saat dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (13/10/2022).

"Nah sekarang, temen-temen driver itu, aku sendiri contohnya, ngisi 40 ribu itu pun kita pulang belum tentu dapat bersih 40 ribu," sambungnya.

Kenaikan BBM malah membuat pengemudi semakin sulit. Soal Bantuan Langsung Tunai (BLT) BBM yang dijanjikan, ia menyebut para pengemudi tidak menginginkan hal semacam itu. Sebab yang mereka butuhkan adalah turunnya harga BBM.

"Apa yang dijanjikan pemerintah seperti BLT, mana janji pemerintah BLT, kita tidak menginginkan BLTdan sebagainya, turunkan saja BBM. Karena BLT itu cara membaginya juga ngga ngerti bagaimana kan kita gatau mekanismenya," ungkapnya.

Untuk saat ini para mitra pengemudi yang bergabung di SPAI kebanyakan berstatus full time driver atau menjadi pengemudi ojol sebagai pekerjaan utama. Rata-rata pengemudi bekerja selama 12-13 jam sehari

Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Pusat Djoko Setijowarno menilai hal itu bisa membahayakan keselamatan pengemudi ojol.

"Waktu operasi pengemudi ojek belum memperhatikan aspek kelelahan yang akan berpengaruh terhadap keselamatan," kata Djoko dalam keterangan pers.

Menurut Djoko, pendapatan ojol rata-rata masih kurang dari Rp 3,5 juta per bulan. Hal ini tidak sesuai dengan janji aplikator angkutan berbasis daring pada tahun 2016 yang mencapai Rp 8 juta per bulan.

"Sulit rasanya menjadikan profesi pengemudi ojol menjadi sandaran hidup. Pasalnya, aplikator tidak membatasi jumlah pengemudi, menyebabkan ketidakseimbangan supply dan demand." kata Djoko.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Tarif Ojol Naik, Penghasilan Driver Grab-Gojek Ikut Naik?


(roy/roy)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading