Ngarep Dapat Rp 8 Juta/Bulan, Banyak Orang Pindah ke Ojol

Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak pekerja formal termasuk swasta tak sedikit yang beralih profesi menjadi mitra driver ojek online. Hal ini terungkap dari hasil survei Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Perhubungan 2019 lalu.
Profesi ini dipilih lantaran tergiur penghasilan yang lebih besar, tapi nyatanya malah lebih sedikit yang dihasilkan oleh pengemudi ojek online (ojol).
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno menjelaskan ada anggapan pemerintah yang keliru selama ini, bahwa bisnis transportasi online telah membuka lapangan pekerjaan baru. Tapi dari hasil survei 18% pengemudi yang berasal dari pengangguran, sementara sisanya orang yang sudah memiliki pekerjaan sebelumnya.
"Sisanya orang yang tertipu karena iming-iming Rp 8 juta per bulan, nyatanya penghasilan yang diperoleh kurang dari Rp 3,5 juta dengan jam kerja 8 - 12 jam dan setiap hari kerja tanpa istirahat," kata Djoko kepada CNBC Indonesia, Senin (10/10/2022).
Djoko menjelaskan mitra pengemudi didominasi oleh pria 81% dengan usia terbanyak 20 - 30 tahun (40,6%). Dengan status sebagai pekerjaan utama sebesar 54% dan sebagai pekerjaan sampingan 46%.
Pendapatan mitra juga hampir sama dengan pengeluarannya di kisaran Rp 50 ribu - Rp 100 ribu per hari. Nasibnya juga semakin sulit karena jarang mendapatkan bonus dari aplikator, jarang mendapat tip, hingga harus bekerja 6 - 12 jam per hari yang dapat berpengaruh pada keselamatan pengemudi.
Belum lagi dengan adanya pemberlakuan tarif baru mempengaruhi banyaknya pemesanan, dimana sebelumnya bisa mencapai 5 - 10 kali dalam sehari, menjadi maksimal hanya 5 kali dalam sehari.
"Hal ini merupakan salah satu dampak dari penyesuaian (kenaikan) tarif yang jumlah pesanan (order) cenderung menurun, sehingga berdampak pada penghasilan pengemudi," jelas Djoko dalam laporannya.
Selain itu Djoko juga beranggapan transportasi daring adalah bisnis gagal karena mitra pengemudi tidak akan merasakan peningkatan pendapatan karena tergerus oleh potongan-potongan fasilitas aplikasi yang sangat besar. Ditambah aplikator juga tidak membatasi jumlah pengemudi yang menyebabkan ketidakseimbangan supply dan demand.
"Kegagalan bisnis transportasi daring sudah terlihat dari pendapatan yang diperoleh mitranya atau driver ojek daring. Sekarang, pendapatan rata-rata driver ojek daring di bawah Rp 3,5 juta per bulan dengan lama kerja 8 -12 jam sehari dan selama 30 hari kerja sebulan tanpa adanya hari libur selayaknya mengacu aturan ketenagakerjaan yang sudah diatur oleh Kementerian Tenaga Kerja," kata Djoko.
Menurutnya ini tidak sesuai dengan janji pendapatan mitra ojol dari aplikator pada 2016 yang mencapai Rp 8 juta per bulan. Sehingga sulit menjadikan profesi ini menjadi sandaran hidup.
[Gambas:Video CNBC]
Sstt.. Ada Tanda-tanda Tarif Ojol Batal Naik Nih
(hoi/hoi)