Diramal Punah 5 Tahun Lagi, SWIFT Mulai Beralih ke Blockchain

Jakarta, CNBC Indonesia - Penyedia jaringan infrastruktur teknologi antarbank di seluruh dunia, The Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT), mulai menguji coba penggunaan teknologi blockchain di jaringannya.
SWIFT, di situs resminya pada Selasa (13/9/2022), mengumumkan kerja sama dengan perusahaan fintech Symbiont dalam penyediaan data akurat untuk perusahaan finansial menggunakan teknologi blockchain.
Kemitraan juga melibatkan perusahaan keuangan kelas kakap seperti Vanguard, Citigroup, American Century Investment, dan Northen Trust.
Proyek percontohan SWIFT didesain untuk "membantu penyedia mendistribusikan data dalam real-time ke klien kustodian mereka di seluruh dunia".
Teknologi yang digunakan adalah Assembly milik Symbiont. Assembly adalah platform yang menggunakan kontrak pintar untuk "menciptakan efek jaringan yang mendukung 11.000 institusi yang terkoneksi dengan SWIFT secara global".
Pada 2017, menurut Cointelegraph, Symbiont bermitra dengan Vanguard untuk memperbaiki distribusi data indeks menggunakan blockchain, mengelola data milik perusahaan investasi yang mengelola dana senilai US$1,3 triliun tersebut.
"Gabungan antara Assembly dan jaringan SWIFT, membuat kita bisa melakukan harmonisasi data secara otomatis dari berbagai sumber dalam setiap aksi korporasi," kata Tom Zschach, CIO di SWIFT.
Menurut Cointelegraph, SWIFT kini berada dalam tekanan untuk tetap relevan di tengah tren pengembangan mata uang digital oleh bank sentral (CBDC) di seluruh dunia. Bahkan, CEO Mastercard Michael Miebach sempat meragukan SWIFT masih dibutuhkan dalam 5 tahun ke depan.
Berdiri pada 1973, SWIFT digunakan oleh institusi finansial di 200 negara dan kini mengelola rata-rata pengiriman 5 miliar informasi finansial setiap tahun.
[Gambas:Video CNBC]
Ternyata Ada Konferensi Blockchain Terbesar di Bali!
(dem)