China dan NASA Berebut Mendarat di Bulan, Ada Apa?

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
Kamis, 01/09/2022 19:35 WIB
Foto: dok NASA

Jakarta, CNBC Indonesia - Sisi kutub selatan Bulan sepertinya akan ramai mendapat kunjungan. Sebab NASA dan China bertujuan untuk mendaratkan misi bulan prospektif mereka di lokasi pendaratan yang sama. Keduanya berharap untuk mengambil beberapa sumber daya yang terbatas di wilayah itu.

NASA baru-baru ini mengumumkan 13 kandidat daerah pendaratan di dekat kutub selatan Bulan untuk misi Artemis 3 mendatang yang bertujuan untuk mendaratkan seorang pria dan seorang wanita di Bulan pada akhir tahun 2025.

Wilayah tersebut disebut mengandung air es di daerah bayangannya. Air di Bulan bisa menjadi sumber daya utama untuk eksplorasi ruang angkasa di masa depan karena dapat digunakan untuk membuat bahan bakar roket, meningkatkan potensi Bulan untuk menjadi pintu gerbang ke tujuan yang lebih jauh, seperti Mars.


Nah, tapi, NASA bukan satu-satunya yang ingin memanfaatkan sumber daya kutub selatan Bulan.

Dilansir dari Gizmodo, Kamis (1/9/2022), dalam sebuah makalah yang diterbitkan oleh Journal of Deep Space Exploration di China, sekelompok peneliti yang dipimpin oleh komandan misi bulan Chang'e-4 Zhang He mengidentifikasi 10 tempat pendaratan potensial di dekat kutub selatan.

NASA dan peneliti China menargetkan situs di dekat kawah Shackleton, Haworth, dan Nobile sebagai zona pendaratan potensial, Space News pertama kali melaporkan.

Foto: ilustrasi bulan (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Misi China yang akan diterbangkan dalam waktu dekat ke Bulan, tidak melibatkan astronot. Sebagai gantinya, Chang'e 7 akan menyertakan penjelajah untuk menjelajahi air es yang mungkin terperangkap di kutub selatan Bulan. Misi ini dijadwalkan untuk tanggal peluncuran 2024.

Menemukan tempat yang tepat untuk mendarat di kutub selatan Bulan itu sulit, karena memiliki area yang tertutup kegelapan, sedangkan yang lainnya berlimpah cahaya.

Rasio terang-ke-gelap ini bervariasi pada jarak kecil yang hanya beberapa mil, dan pesawat ruang angkasa idealnya ingin mendarat di area yang terang untuk kontrol termal. Tapi mereka juga ingin cukup dekat dengan daerah bayangan di mana air mungkin terperangkap. Ini menjadi opsi terbatas untuk NASA dan Badan Antariksa China.

AS dan China berada dalam persaingan program ke Bulan. Kedua negara bertujuan untuk membangun pangkalan di kutub selatan Bulan sekitar tahun 2030. Namun tidak ada tanda-tanda potensi kerjasama di antara mereka.

Administrator NASA Bill Nelson mengkritik pendekatan China ke luar angkasa, dengan mengatakan negara itu tertutup dan tidak terbuka untuk bekerja sama dalam sebuah wawancara dengan NBC yang ditayangkan 28 Agustus. Sehari kemudian, media China mengkritik program bulan NASA setelah peluncuran misi Artemis 1 mengalami penundaan .

Kedua negara sedang berupaya mempersempit daftar tempat pendaratan potensial karena tanggal peluncuran misi bulan semakin dekat, tetapi tidak jelas apa yang akan terjadi jika mereka berakhir di area yang sama di kutub selatan.


(roy/roy)