
Mengenal Misi Artemis, Rencana NASA 'Menduduki' Bulan

Jakarta, CNBC Indonesia - Roket Space Launch System (SLS) raksasa milik NASA akan diluncurkan dalam perjalanan ke Bulan. Sebuah misi yang menurut badan antariksa AS akan menjadi dasar untuk kehadiran jangka panjang manusia di bulan.
Misi Artemis 1 adalah uji terbang yang sangat penting. Peluncuran, yang dijadwalkan pada Senin (29/8) waktu setempat, akan membawa modul Orion tak berawak mengorbit di sekitar Bulan sebelum kembali ke Bumi.
Misi kali ini akan mengumpulkan data penting menjelang tahap berikutnya, yaitu misi pertama untuk mendaratkan manusia di Bulan sejak 1972.
Berikut ini hal yang bisa menjadi informasi bagi Anda mengenai misi manusia mencapai bulan, dirangkum dari Euro News.
![]() Ilustrasi Orion mengorbit Bulan dalam misi Artemis 1 |
Apa itu Artemis 1?
Ini adalah tahap pertama dari misi Artemis, yang memiliki tujuan akhir untuk membangun kehadiran jangka panjang di permukaan Bulan.
Peluncuran roket diatur hari ini untuk memulai misi Artemis 1. NASA akan meluncurkan pesawat ruang angkasa Orion tak berawak ke orbit di sekitar Bulan dalam uji coba untuk memastikan misi berawak seaman mungkin.
Pesawat ruang angkasa Orion diluncurkan dari Kennedy Space Center di Florida, AS, dengan roket raksasa NASA yang disebut SLS.
Roket tersebut, menurut NASA, menjadi yang terkuat di dunia, sebab mampu membawa lebih banyak muatan ke luar angkasa daripada kendaraan lain.
Berdiri di ketinggian hampir 100 m, SLS dapat menghasilkan daya dorong 4 juta kg. Dua menit setelah peluncuran, dua booster akan terlepas dari roket, diikuti oleh tahap inti (yang bertindak sebagai tulang punggung roket), melakukan sebagian besar pengangkatan berat.
Bagian-bagian ini akan jatuh ke Samudra Pasifik, saat pesawat ruang angkasa Orion melanjutkan perjalanannya menuju Bulan.
Orion akan melakukan perjalanan 450.000 km dari Bumi, dan ribuan kilometer di luar Bulan selama empat sampai enam minggu misi. Roket ini akan didorong menuju Bulan oleh modul layanan yang disediakan oleh European Space Agency (ESA).
"Kami akan menekankan dan mengujinya. Kami akan membuatnya melakukan hal-hal yang tidak akan pernah kami lakukan dengan kru di dalamnya untuk mencoba membuatnya seaman mungkin," kata Administrator NASA Bill Nelson.
Membawa astronaut boneka
Sebuah dummies atau boneka uji coba ukuran penuh dalam setelan penerbangan oranye akan menempati kursi komandan untuk penerbangan ini, dilengkapi dengan sensor getaran dan akselerasi.
Dua manekin lain yang terbuat dari bahan simulasi jaringan manusia akan mengukur radiasi kosmik, yang merupakan salah satu risiko terbesar penerbangan luar angkasa.
Penerbangan juga akan melihat sepuluh satelit berukuran kotak sepatu keluar dari kapsul setelah dalam perjalanan ke Bulan yang antara lain akan mengukur radiasi.
Setelah Bulan, lanjut ke Mars
Setelah Artemis 1 lancar dilaksanakan, akan ada Artemis 2 dan 3 yang menjadi misi bulan berawak pertama NASA dalam lima dekade.
Dengan asumsi semuanya berjalan sesuai rencana seperti misi uji pertama, dan misi berikutnya tidak terkena penundaan. Penerbangan uji kedua di sekitar Bulan selanjutnya akan dijadwalkan tahun 2024 dan kali ini berawak.
Jika itu berjalan sesuai rencana, Artemis 3 harus dilanjutkan setahun kemudian. Ini akan menjadi pendaratan awak bulan pertama sejak Apollo 17 pada tahun 1972. Misi ini juga sebagai misi pertama yang mendaratkan seorang wanita di Bulan.
Misi akan melibatkan pengujian sistem yang diperlukan untuk membangun pangkalan di orbit sekitar Bulan sebagai titik transit untuk misi permukaan bulan. Dalam jangka panjang, markas yang didirikan di sekitar Bulan akan digunakan untuk misi yang ambisius, termasuk menuju Mars.
"Ini bukan pekerjaan satu atau dua orang. Ini adalah tim yang terdiri dari ratusan orang yang datang dari latar belakang berbeda, pengalaman berbeda yang membuat semua ini terjadi bersama-sama," kata Nicholas Nugent, insinyur proyek di Stennis Space Center.
"Kami akan meluncurkan roket yang dibuat orang-orang ini. Keren sekali? Anda bisa mengatakan 'Saya mengerjakan roket itu' dan mereka sedang mengerjakan roket kedua dan ketiga dan keempat dan kelima, " kata Lonnie Dutreix, direktur Fasilitas Perakitan Michoud di New Orleans.
Biaya triliunan rupiah
Misi Artemis telah mengalami beberapa kali penundaan dan kesalahan teknis, jadi ada banyak tekanan pada peluncuran kali ini. Misi Artemis 1 telah menelan biaya yang melonjak menjadi US$4 miliar (Rp 60 triliun)
"Ini adalah uji terbang, oke dan bukan tanpa risiko. Kami telah menganalisis risiko sebaik mungkin, dan kami telah mengurangi juga sebaik mungkin," kata Bob Cabana, Associate Administrator NASA.
"Tapi kami menekankan Orion di luar apa yang sebenarnya dirancang. Dalam persiapan untuk mengirimnya ke bulan dengan kru dan kami ingin memastikan bahwa itu bekerja dengan sempurna ketika kami melakukan itu dan bahwa kami memahami semua risikonya. Kami akan belajar banyak dari uji terbang ini"
(dem)
Next Article Ilmuwan Bercocok Tanam Pakai Tanah Bulan, Hasilnya?