Alasan Konglomerat Berlomba Mendanai Startup Proptech RI

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
18 August 2022 16:30
Pekerja membangun rumah KPR di Kawasan Citayam, Ragajaya, Bogor Jawa Barat, Rabu (30/1). Pemerintah akan menaikkan harga rumah bersubsidi sekitar 3% hingga 7,5%. Hal tersebut dikarenakan kenaikan berbagai faktor seperti inflasi dan kenaikan harga bahan baku. Disamping itu pasar rumah tapak menengah dengan kisaran harga mulai Rp 400an juta hingga Rp 800an juta, memiliki pasar yang cukup besar sebagai end user atau pengguna.
Foto: Ilustrasi Rumah Bersubsidi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri startup bidang proptech atau teknologi properti saat ini sedang berkembang. Bahkan, startup proptech berhasil mengundang investasi dari konglomerat besar Indonesia, bukan hanya dari pemodal spesialis startup.

Menurut Managing Plug and Play Indonesia, Wesley Harjono, industri proptech saat ini sedang berkembang karena pemulihan usai Covid-19 berbarengan dengan siklus properti 8 tahun.

Rumah, pergudangan, dan ruko sedang banyak dicari, dan banyak developer yang tengah mengembangkan lahannya. Di kota besar sendiri seperti Jakarta, properti sudah cukup jenuh sehingga yang dicari adalah apartemen.

Namun kembali lagi, yang dibutuhkan oleh masyarakat per wilayah berbeda, tergantung daerah. "Untuk primary housing [langsung dari developer], kemudahan KPR, kemudahan pengajuan legalitas dan kualitas tempat tinggal yang banyak dicari," kata Wesley kepada CNBC Indonesia.

Di tengah situasi ini, perusahaan rintisan melihat peluang untuk meluncurkan ide bisnis mereka yang kemudian disambut dengan antusiasme perusahaan konglomerat, sebagai mitra dan investor.

Apalagi, berdasarkan data BPS, pemerintah menargetkan peningkatan keluarga yang menempati rumah layak huni dari 56,7 persen menjadi 70% atau 11 juta rumah tangga hingga tahun 2024.

"Rumah dengan kisaran harga Rp 500juta - 1M paling banyak dicari untuk kaum millenial yang disposable income-nya meningkat, dan startup yang memudahkan proses ini akan menjanjikan," kata Wesley kepada CNBC Indonesia.

Dua konglomerat yang telah mengumumkan investasi ke startup proptech adalah Sinar Mas dan Ciputra. Divisi investasi Sinar Mas Land, Living Lab Ventures, dan Ciputra Group yang bersama AC Ventures berinvestasi di IDEAL, perusahaan yang berusaha melakukan digitalisasi proses pengajuan properti.

Ada juga AMODA yang menyediakan solusi konstruksi modular, Tanaku yang menyediakan alternatif pembiayaan kepemilikan properti, serta e-commerce bahan bangunan Juragan Material.

Co-founder dan Chief Commercial Officer Tanaku Alwin, mengatakan Indonesia saat ini sedang menghadapi krisis hunian, terutama para millennial di Indonesia. Sekitar 12,75 juta milenial Indonesia tidak mampu memiliki hunian sendiri dan bahkan tidak masuk dalam target pembeli properti.

Ketidakmampuan para milenial ini untuk memiliki hunian sendiri, menyebabkan mereka terjebak dalam putaran sewa menyewa properti.

"Tanaku berusaha untuk menyelesaikan masalah ini. Misi kami adalah membuat proses kepemilikan hunian di Indonesia jadi lebih mudah dan terbuka bagi siapa saja, dengan gol membuat para milenial Indonesia ini memiliki kondisi finansial yang inklusif dan lebih sejahtera," ujarnya.


(dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Magnet Investasi, Startup Proptech Urus Listing sampai KPR

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular