
Amit-amit! Seramnya Dampak Perang Nuklir ke Perubahan Iklim

Jakarta, CNBC Indonesia - Penggunaan energi, seperti minyak dan gas, batu bara, bukanlah satu-satunya pengaruh langsung dalam perubahan iklim. Salah satu kebijakan luar negeri, khususnya soal perang nuklir, rupanya dapat berdampak besar pada hal tersebut.
Melansir The Atlantic, ancaman itu menjadi jauh lebih nyata setelah Rusia menyerang Ukraina sejak 24 Februari lalu.
"Selain dapat membunuh puluhan juta orang, pertukaran senjata nuklir yang relatif kecil diketahui akan merusak iklim planet dengan cara yang sangat besar dan dapat bertahan lama di planet Bumi," tulis media tersebut, dikutip Sabtu (6/8/2022).
Sebagai contoh, jika nuklir seberat satu megaton, yang seukuran hulu ledak pada rudal balistik antarbenua (ICBM) Rusia modern, meledak, maka akan terjadi bencana besar.
Ledakan bom sebesar itu, dalam radius sekitar empat mil, akan menghasilkan angin yang sama dengan badai Kategori 5. Ini akan segera meratakan bangunan, merobohkan kabel listrik, dan memicu kebocoran gas.
Siapa pun manusia yang berada dalam jarak tujuh mil dari ledakan akan menderita luka bakar tingkat tiga, dengan kulit dan daging membakar serta melepuh. Kondisi ini, dimana efek radiasi dapat merusak organ, akan dengan cepat mengubah radius ledakan delapan mil menjadi zona penderitaan manusia.
Jika ini terjadi, konsekuensi perubahan iklim baru benar-benar dimulai. Akan terjadi angin panas, kering, dan berkekuatan badai. Situasi ini dapat memicu kebakaran hutan kota dan hutan belantara sebesar negara bagian kecil.
Sebuah studi tahun 2007 memperkirakan bahwa jika 100 senjata nuklir kecil diledakkan, jumlah kematian langsung akibat kebakaran dan asap akan sebanding dengan kematian saat Perang Dunia II. Sebagai informasi, 100 senjata nuklir tersebut hanya 0,03% dari total persenjataan planet ini.
Tidak hanya itu, awan yang menjulang tinggi akan membawa lebih dari lima megaton jelaga dan abu dari kebakaran tersebut ke lapisan atmosfer.
Semua karbon ini akan mengubah iklim, melindungi bumi dari panas matahari. Dalam beberapa bulan, suhu rata-rata planet akan turun lebih dari 2 derajat fahrenheit dan pendinginan bumi akan bertahan selama lebih dari satu dekade.
Pendinginan ini juga akan membuat bumi tidak stabil, dimana akan mengurangi curah hujan global sekitar 10% dan mendorong kondisi kekeringan global. Di beberapa bagian Amerika Utara dan Eropa, musim tanam akan dipersingkat 10 hingga 20 hari.
Tentunya hal ini akan memicu krisis pangan global terparah selama zaman modern. Hasil jagung, gandum, dan kedelai akan turun lebih dari 11% selama lima tahun. Lautan juga akan kehilangan banyak sumber makanan dan ekosistem, dimana plankton fotosintesis yang membentuk dasar rantai makanan laut akan 5-15% kurang produktif. Nelayan di seluruh dunia juga akan mengalami penurunan tangkapan hampir 30%.
Dalam jangka pendek, efek pengasaman laut akan menjadi lebih buruk. Lapisan asap di atmosfer akan merusak sebanyak 75% lapisan ozon. Itu berarti lebih banyak radiasi UV akan menyelinap melalui atmosfer bumi, menyebabkan pandemi kanker kulit dan masalah medis lainnya.
Perubahan iklim akibat perang nuklir tidak hanya akan mempengaruhi tidak hanya manusia, tetapi juga tanaman dan hewan di seluruh dunia.
(tfa/cha)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Amit-Amit! Ini Skenario Terburuk Jika Putin-Biden Adu Nuklir
