
Negara Afrika Ini Jual Koin Kripto Nasional, Sedih Ga Laku

Jakarta, CNBC Indonesia - Penjualan aset kripto nasional Republik Afrika Tengah, koin Sango, sepi pembeli. Dari penawaran US$ 21 juta, hanya US$ 1,09 juta yang laku terjual.
Afrika Tengah, salah satu negara paling miskin di dunia, adalah negara Afrika pertama yang menjadikan Bitcoin alat tukar yang diakui negara pada April. Langkah ini menuai kritik dari banyak ahli industri kripto dan mengundang peringatan dari IMF.
Pemerintah Afrika Tengah percaya bahwa proyek koin digital bisa mendongkrak status negara mereka, berambisi mendulang sekitar US$ 1 miliar dalam setahun ke depan lewat penjualan Sango Coin.
Namun, peluncuran Sango Coin di tengah pasar kripto yang sedang amburadul terbukti bukan merupakan langkah yang tepat. Penjualan yang tadinya menerapkan pembelian minimum US$ 500, berubah menjadi pembelian minimum US$ 100 beberapa hari sebelum momen peluncuran.
Sekitar 24 jam setelah peluncuran, hanya sekitar 5% dari total koin yang ditawarkan terjual. Artinya, pemerintah Afrika Tengah hanya berhasil menggalang US$ 1,09 juta dari penawaran US$ 21 juta.
"Proyek kripto yang tidak habis terjual pada saat peluncuran perdananya adalah pertanda buruk," kata Josehp Edwards dari perusahaan investasi kripto Solrise kepada Reuters, dikutip pada Rabu (27/7/2022).
Pemerintah Afrika Tengah belum memberikan detail tentang langkah selanjutnya setelah Sango Coin diluncurkan, termasuk bursa tempat aset kripto tersebut akan diperdagangkan dan rencana penggunaan hasil penjualan koin.
Investor yang membeli Sango Coin memiliki aset tersebut dengan menukarnya dengan Bitcoin atau USDT. "Sango didukung dengan potensi sumber daya alam," kata Michel Muna, warga Kamerun yang sehari-hari mengelola bisnis impor makanan dan minuman.
Pernyataan Muna mengacu kepada rencana Afrika Tengah untuk membuat token kripto dengan fondasi nilai kekayaan mineral mereka.
(dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sah! Negara Afrika Ini Akui Bitcoin, Jadi yang ke-2 di Dunia