Roket China Jatuh Bebas ke Bumi, Lokasinya Masih Tanda Tanya

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
26 July 2022 14:05
In this image taken from video footage run by China's CCTV via AP Video, a Long March 5B rocket carrying a module for a Chinese space station lifts off from the Wenchang Spacecraft Launch Site in Wenchang in southern China's Hainan Province, Thursday, April 29, 2021. China has launched the core module on Thursday for its first permanent space station that will host astronauts long-term. (CCTV via AP Video)
Foto: Roket Long March 5B yang membawa modul untuk stasiun luar angkasa Tiongkok terangkat dari Situs Peluncuran Pesawat Luar Angkasa Wenchang di Wenchang di Provinsi Hainan Tiongkok selatan, Kamis, 29 April 2021. (CCTV via AP Video)

Jakarta, CNBC Indonesia - China membiarkan roketnya jatuh bebas ke Bumi tanpa perencanaan, dalam misi terbarunya. Titik jatuhnya roket masih belum diketahui.

Keputusan tersebut jadi kali ketiga China memilih tidak mengendalikan pelepasan tahap pertama, bagian booster dari roket Long March 5B. Sebelumnya pada 2020 dan 2021, membuat negara itu dimonitor oleh para pemerhati puing-puing ruang angkasa.

China sebelumnya meluncurkan modul stasiun luar angkasa Wentian pada hari Minggu (24/7/2022) pukul 14:25 waktu Beijing. Wentian merapat dengan aman ke stasiun luar angkasa Tiangong.

Pelacak dari Pusat Astrofisika Harvard-Smithsonia, Jonathan McDowell mengatakan berdasarkan data orbital Komando Antariksa AS menunjukkan roket dengan massa 21 ton tersebut mengambang bebas di luar angkasa.

"Tahap inti tetap berada di orbit dan tidak secara aktif de-orbit," kata dia dikutip dari Space, Selasa (26/7/2022).

Pihak Militer Amerika Serikat (AS) belum mengeluarkan peringatan baik melalui Komando Antariksa ataupun Skuadron Pertahanan Luar Angkasa ke-18 yang bertugas melacak benda yang masuk kembali (re-entry) ke atmosfer Bumi. Space juga mencatat, penyedia informasi soal kendaraan besar buatan manusia yang masuk ke Bumi, Aerospace Corporation juga belum mempublikasikan apapun.

Sebagai informasi, AS dan sebagian besar badan antariksa internasional memiliki praktik untuk mengelola risiko di tiap tahapan peluncuran roket. Misalnya pemerintah AS mengatur lokasi jatuhnya bagian dari roket, di dalam Praktik Standar Mitigasi Puing Orbital.

Dengan praktik tersebut, risiko korban dari jatuhan roket bisa dibatasi dalam batas probabilitas 1:10 ribu. Namun, tidak semua misi mengikuti praktik tersebut.

Angkatan Udara AS telah mengabaikannya pada 27 dari 66 peluncurannya antara 2011-2018 karena mahalnya biaya mengganti roket yang tidak sesuai. NASA juga mengabaikan soal korban selama 7 kali antara 2008-2018.



[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jangan Panik, Minggu Ini Ada Roket China 22 Ton Jatuh ke Bumi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular