Bandar Kripto Ini Dulu Berharta Rp 150 T, Kini Sisa Nol

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
26 July 2022 08:35
Su Zhu, Co-founder Three Arrows Capital
Foto: dok Twitter Su Zhu

Jakarta, CNBC Indonesia - Nasib tragis harus dialami hedge fund kripto, Three Arrows Capital (3AC). Perusahaan yang sebelumnya mengelola aset US$10 miliar atau Rp 150 triliun harus menghadapi kebangkrutan.

Kebangkrutan 3AC karena harga kripto yang anjlok, strategi perdagangan yang berisiko, dan kebijakan penghapusan aset bermasalah serta membuatnya tidak bisa membayar kembali kepada pemberi pinjaman.

Masalah yang dialami 3AC berefek domino. Pasar kripto yang ambles US$1 triliun sejak april lalu, investor yang taruhannya berfokus di perusahaan seperti 3AC juga bakal ikut menderita.

Salah satunya adalah Blockchain.com, lembaga pertukaran kripto, yang memiliki pinjaman US$270 juta ke 3AC. Sementara itu, Voyager Digital, pialang aset digital, mengajukan perlindungan kebangkrutan setelah 3AC tak bisa membayar pinjaman senilai US$670 juta.

Selain itu perusahaan yang mengalami kerugian mulai dari pinjaman kripto dari Amerika Serikat (AS), Genesis dan BlockFI, serta platform turunan kripto BitMEX dan pertukaran kripto FTX. Efek berantai 3AC juga berimbas ke bursa kripto yang beroperasi di Indonesia, Zipmex.

"Kredit sedang dihancurkan dan ditarik, standar penjaminan diperketat, solvabilitas sedang diuji, jadi semua orang menarik likuiditas dari pemberi pinjaman kripto," kata Nic Carter, direktur Castle Island Ventures, seperti dikutip dari CNBC International, Selasa (26/7/2022).

Strategi yang dilakukan 3AC dinilai cukup berbahaya, yakni memiliki pinjaman dari banyak perusahaan dan berikutnya berinvestasi ke proyek kripto lainnya. Proyek itu, kebanyakan masih baru dan belum teruji.

"3AC seharusnya menjadi bijaksana dalam investasi kripto," ungkap Nik Bhatia, seorang profesor keuangan dan ekonomi bisnis di University of Southern California.

Lalu dari mana asal mula nasib buruk 3AC? Ini bisa terlihat dari runtuhnya harga stablecoin terraUSD (UDT) pada Mei lalu. Harganya anjlok hingga di bawah US$1 per koin.

Amblesnya harga TerraUSD dan token saudaranya Terra LUNA membuat kerugian besar bagi investor, yakni mencapai US$60 miliar.

Kepada Wall Street Journal, 3AC mengaku telah berinvestasi US$200 juta di Terra LUNA dan menurut laporan industri lainnya eksposur dana mencapai US$560 juta.

Apa yang terjadi pada UST membuat kepercayaan di sektor ini runtuh dan mempercepat penurunan harga yang sudah berlangsung sebelumnya. Sebab mereka melihat adanya peningkatan risiko investasi.

Pemberi pinjaman meminta 3AC mengembalikan sebagian aset mereka kembali plus margin call, tetapi uang itu sudah lenyap. Banyak rekanan perusahaan, tidak dapat memenuhi permintaan dari investor mereka, termasuk pemegang ritel yang telah dijanjikan imbal hasil tahunan sebesar 20%.



[Gambas:Video CNBC]
Next Article Utang Triliunan, 2 Bandar Kripto Lenyap Ditelan Bumi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular