Hema Milik Alibaba Korban Lockdown Sadis di Shanghai

dem, CNBC Indonesia
Rabu, 13/07/2022 09:45 WIB
Foto: Seorang penjaga keamanan tidur siang di daerah perumahan, setelah penguncian yang dilakukan untuk mengekang wabah penyakit coronavirus (COVID-19) dicabut di Shanghai, Cina. (REUTERS/ALY SONG)

Jakarta, CNBC Indonesia - Jaringan supermarket milik Alibaba, Hema, menjadi korban terbaru kebijakan lockdown tanpa toleransi pemerintah China. Bisnis yang anjlok selama lockdown di Shanghai memangkas valuasi Hema dari US$10 miliar menjadi US$6 miliar.

Hema atau Freshhippo, menurut Reuters, sedang menggalang pendanaan dengan target US$400 juta hingga US$500 juta. Perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Alibaba ini berusaha mencari pemodal selain Alibaba.

Namun, dalam putaran penggalangan dana ini, Hema harus merelakan valuasinya terpangkas dari US$10 miliar menjadi US$6 miliar. Ini berarti nilai perusahaan jatuh sekitar Rp 60 triliun, dalam jangka waktu kurang dari setahun.


Penyebab anjloknya nilai perusahaan Hema, menurut Reuters, adalah dampak lockdown di Shanghai terhadap bisnis perusahaan.

Pembatasan aktivitas yang ekstrem yang diterapkan pemerintah China untuk membendung wabah Covid-19, memukul pendapatan Hema, yang selama ini masih beroperasi rugi. Investor makin skeptis terhadap kemampuan Hema mencetak laba dalam waktu dekat.

Alibaba dan Hema tidak merespons permintaan konfirmasi dari Reuters.

Turunnya valuasi Hema adalah bagian dari tren global, yaitu makin rendahnya minat investor untuk mendukung perusahaan teknologi yang belum mampu membukukan profit. Contoh paling ekstrem adalah Klarna, perusahaan pay later asal Swedia, yang nilai perusahaannya jatuh 85% dari US$46 miliar menjadi US$6,7 miliar.

Di China, penggalangan dana untuk startup juga terimbas oleh langkah regulator yang agresif menindak pelanggaran di sektor industri teknologi, gim, dan pendidikan. Meskipun regulator mulai melunak dalam beberapa bulan terakhir, investor masih ragu-ragu untuk menanamkan modal di China.

Hema, yang berdiri pada 2015, mengoperasikan 300 toko di 27 kota yang menawarkan layanan pengiriman barang belanjaan. Konsumen yang mengunjungi toko bisa memilih langsung produk yang mereka beli (terutama produk bahan makanan segar), kemudian produk-produk tersebut dikirim ke rumah mereka. 


(dem)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Raih Cuan & Tak Bakar Uang, Kunci Startup Tarik Investasi 2025