Bos Pfizer Bicara Virus Cacar Monyet, Bakal Jadi Pandemi?

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
29 May 2022 20:00
Pfizer CEO Albert Bourla  (AP Photo/Giannis Papanikos, File)
Foto: CEO Pfizer Albert Bourla (Foto: AP/Giannis Papanikos)

Jakarta, CNBC Indonesia - CEO Pfizer Albert Bourla mengaku tidak terlalu khawatir mengenai wabah cacar monyet yang baru-baru ini mengalami lonjakan kasus di negara-negara non endemik. Menurut dia, penyakit itu tidak menular semudah virus lain, seperti Covid-19 dan tidak mungkin menyebabkan pandemi.

"Bukan berarti kita harus santai. Saya pikir kita harus memantau ke mana situasinya berjalan," terang dia dikutip dari CNBC Internasional, Minggu (29/5/2022).

Diketahui cacar monyet merupakan infeksi virus langka yang endemik di Afrika Tengah dan Afrika Barat. Penyakit ini menyebar melalui kontak dekat dengan orang, hewan, atau objek yang terinfeksi virus.

Gejala cacar monyet di antaranya ruam, demam, sakit kepala, nyeri otot, bengkak, dan sakit punggung. Sebagian besar kasus ringan cacar monyet biasanya sembuh dalam dua hingga empat minggu.

Meski demikian, para ahli kesehatan dibuat bingung dengan lonjakan baru-baru ini. Sebab, sangat jarang ada kasus cacar monyet di luar Afrika, tempat di mana virus itu endemik.

Hingga Rabu lalu, setidaknya 237 kasus yang dikonfirmasi dan diduga cacar monyet telah dilaporkan di negara-negara di luar Afrika, termasuk di Uni Emirat Arab.

Gambar mikroskop elektron yang disediakan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit ini menunjukkan virion cacar monyet. (Cynthia S. Goldsmith, Russell Regner/CDC via AP)Foto: Gambar mikroskop elektron yang disediakan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit ini menunjukkan virus cacar monyet. (Cynthia S. Goldsmith, Russell Regner/CDC via AP)

Lebih lanjut, menurut Bourla, ketersediaan perawatan yang memadai membuatnya optimis dalam menghadapi penyakit ini. Pasalnya, vaksinasi cacar telah terbukti 85% efektif melawan cacar monyet.

Sebelumnya, Pfizer mengatakan bahwa akan membuat semua obat yang dipatenkan tersedia dengan harga murah untuk negara-negara termiskin di dunia.

"(Sebanyak) 45 negara, 1,2 miliar orang akan mendapatkan semua produk kami yang dipatenkan dengan biaya," kata Bourla.

Rencana itu mencakup 23 obat dan vaksin yang dimiliki sepenuhnya dan dipatenkan untuk penyakit menular, kanker tertentu, serta beberapa penyakit langka dan menular lainnya.

Obat-obat tersebut termasuk vaksin Covid-19 Pfizer, obat Covid-19 Paxlovid, Comirnaty yang dikembangkan Pfizer bersama BioNTech, obat kanker payudara Ibrance, vaksin pneumonia Prevnar 13, obat rheumatoid arthritis Xeljanz, serta pengobatan kanker Xalkori dan Inlyta.

Melalui program tersebut, kata Bourla, Pfizer bertujuan untuk meningkatkan kemudahan dan kecepatan akses ke obat-obatan vital bagi negara-negara miskin. Dia juga mengatakan pihaknya bertujuan untuk mengurangi sebanyak 50% jumlah orang yang tidak mampu membeli produk mereka pada 2023.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Alasan Bos Pfizer Warning Anda yang Sudah Divaksin Penuh

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular