Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memperkirakan nilai ekonomi digital Indonesia pada 2030 mencapai Rp 4.300 triliun. Dibandingkan dengan negara-negara tetangga, bagaimanakah posisi Indonesia?
Dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2022 belum lama ini, Erick menilai ekonomi digital akan tumbuh delapan kali lebih cepat dibandingkan pertumbuhan ekonomi. Dengan laju tersebut, maka pada 2030 nilainya bisa mencapai Rp 4.300 triliun.
"Ini potensi yang amat harus diperhatikan selain sumber daya alam," kata Erick.
Pendiri Mahaka Media itu mengatakan, pasar ekonomi digital Indonesia terbesar di ASEAN. Ke depan, dia akan terus bertumbuh.
Oleh karena itu, menurut Erick, inovasi dan investasi harus diseimbangkan. Tujuannya adalah Indonesia tidak hanya menjadi pasar.
"Kita tidak anti asing tapi penting sekali kita harus ada roadmap Indonesia bukan roadmap China, roadmap Amerika, tapi Indonesia," tegas Erick.
Dengan demikian, lanjut dia, tercipta lapangan kerja dari investasi ekonomi digital. Muaranya adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia dan dunia.
Halaman Selanjutnya --> Indonesia Kuasai 30% ASEAN
Mengutip laporan kolaborasi Google, Temasek, dan Bain & Co, nilai ekonomi digital di ASEAN pada 2030 diperkirakan mencapai US$ 1 triliun. Dengan asumsi US$ 1 sama dengan Rp 14.351 seperti kurs tengah Bank Indonesia (BI) 23 Maret 2022, nilai itu setara Rp 14.351 triliun.
Nilai ekonomi digital Indonesia pada 2030, seperti proyeksi Erick, adalah Rp 4.300 triliun. Artinya Indonesia akan menguasai 29,96% atau nyaris 30%. Sebuah 'kue' yang sangat signifikan.
Pada 2030, laporan Google dkk itu menyebut penetrasi internet di ASEAN akan mencapai 75% dari populasi. Delapan dari 10 pengguna internet sudah membeli barang setidaknya sekali.
Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) membuat pertumbuhan ekonomi digital menjadi melesat kencang. Maklum, pandemi terbesar dalam 100 tahun terakhir itu membuat ratusan juta penduduk ASEAN 'terkunci', tidak bisa ke mana-mana, #dirumahaja.
Sejak pandemi Covid-19, laporan itu mengungkapkan terdapat 60 juta konsumen digital baru. Dari jumlah tersebut, 20 juta bergabung pada paruh pertama 2020. Dengan demikian, total konsumen digital di ASEAN menjadi 350 juta.
Pada 2020 saja, nilai pembelian barang dari internet di ASEAN tercatat US$ 117 miliar. Meroket 49% dibandingkan tahun sebelumnya. Hingga 2025, laju pertumbuhan pembelian barang dari internet diperkirakan 20% per tahun.
Platform perdagangan daring alias e-commerce masih jadi pemain utama di ekonomi digital. Pada 2025, nilai perdagangan e-commerce di ASEAN diperkirakan mencapai US$ 234 miliar.
Pemesanan makanan-minuman adalah yang paling dominan di e-commerce. Ini menjadi penetrasi paling tinggi, dengan 71% pengguna internet setidaknya pernah memesan makanan-minuman secara online.
Selain itu, layanan keuangan digital juga mengalami pertumbuhan yang pesat. Pembayaran digital dan e-wallet semakin akrab di masyarakat. Pembelian barang dan jasa semakin banyak yang dituntaskan secara online, tidak lagi melalui uang tunai.
Pada 2021, transaksi layangan keuangan digital tumbuh 9% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi US$ 707 miliar. Pada 2025, nilainya diperkirakan US$ 1,17 triliun.
Tidak cuma jual-beli, layanan keuangan digital juga sudah hadir dalam bentuk simpan-pinjam. Pinjaman. Secara digital di ASEAN pada 2021 naik 48% dibandingkan 2020 menjadi US$ 39 miliar dan pada 2025 diperkirakan US$ 116 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA