Lawan Serangan Rusia, Ukraina Pakai Teknologi Canggih AS Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Pertahanan Ukraina mulai menggunakan teknologi pengenalan wajah (face recognation) Clearview AI pada Sabtu (12/3) untuk banyak hal.
AI itu ditawarkan oleh perusahaan startup asal Amerika Serikat, yang bisa digunakan untuk mengungkap hacker Rusia, memerangi misinformasi dan mengidentifikasi korban meninggal dunia.
"Ukraina menerima akses gratis ke mesin pencari Clearview AI untuk wajah yang memungkinkan pihak berwenang untuk memeriksa orang-orang yang berkepentingan di pos pemeriksaan, di antara kegunaan lain," kata Lee Wolosky, penasihat Clearview dan mantan diplomat di bawah presiden AS Barack Obama dan Joe Biden.
Rencana pemberian bantuan mesin teknologi ini ada setelah Rusia menyerang di Ukraina. Kepala Eksekutif Clearview Hoan Ton-That mengirim surat ke Kyiv untuk menawarkan bantuan.
Mengutip laporan Reuters, Senin (14/3/2022), Clearview mengatakan tidak menawarkan teknologi itu ke Rusia, yang menyebut tindakannya di Ukraina sebagai operasi khusus.
Kementerian Pertahanan Ukraina tidak memberi komentar soal sumbangan AI ini.
Sebelumnya, juru bicara Kementerian Transformasi Digital Ukraina mengatakan sedang mempertimbangkan tawaran dari perusahaan kecerdasan buatan yang berbasis di AS seperti Clearview. Banyak bisnis Barat telah berjanji untuk membantu Ukraina, menyediakan perangkat keras internet, alat keamanan siber, dan dukungan lainnya.
Pendiri Clearview mengatakan bahwa startupnya memiliki lebih dari 2 miliar gambar dari layanan media sosial Rusia VKontakte, dari database total lebih dari 10 miliar foto.
Basis data itu dapat membantu Ukraina mengidentifikasi korban meninggal dunia dengan lebih mudah daripada mencoba mencocokkan sidik jari dan berfungsi bahkan jika ada kerusakan wajah.
Surat dari Ton-That juga mengatakan bahwa teknologi Clearview dapat digunakan untuk menyatukan kembali para pengungsi yang terpisah dari keluarga mereka, mengidentifikasi operasi Rusia dan membantu pemerintah menghilangkan prasangka posting media sosial palsu terkait dengan perang.
Namun, Ton-That menggarisbawahi bahwa Clearview tidak boleh digunakan sebagai satu-satunya sumber identifikasi. Dia juga tidak ingin teknologi digunakan untuk melanggar Konvensi Jenewa, yang menciptakan standar hukum untuk perlakuan kemanusiaan selama perang.
Seperti pengguna lain, mereka yang menggunakan alat ini di Ukraina menerima pelatihan dan harus memasukkan nomor kasus dan alasan untuk pencarian sebelum pertanyaan.
Clearview sendiri dikabarkan sedang melawan tuntutan hukum di Amerika Serikat yang menuduhnya melanggar hak privasi dengan mengambil gambar dari web.
Perusahaan itu berpendapat pengumpulan datanya mirip dengan cara kerja pencarian Google. Namun, beberapa negara termasuk Inggris dan Australia menganggap praktiknya ilegal.
(npb/roy)