6 Alasan Induk Facebook Meta dalam Masalah

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
Jumat, 04/02/2022 20:31 WIB
Foto: Meta (AP/Tony Avelar)

Jakarta, CNBC Indonesia - Belum satu tahun sejak nama Facebook berganti menjadi Meta. Keputusan itu sebagai upaya perusahaan untuk melangkah lebih jauh ke dalam dunia Metaverse.

Namun semua tidak berjalan mulus. Setidaknya beberapa waktu terakhir, seperti saat sahamnya anjlok pada Kamis kemarin ke angka 26%.

Selain itu Facebook juga mengalami penurunan pengguna harian untuk pertama kalinya. Ini menunjukkan jika Meta sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.


Straits Times merangkum 6 hal yang menunjukkan Meta dalam masalah. Berikut daftarnya, dikutip Jumat (4/2/2022):

1. Pertumbuhan Pengguna

Pertumbuhan pengguna Facebook nampaknya masuk batas tertingginya. Aplikasi inti dalam keluarga besar Meta itu kehilangan sekitar setengah juta pengguna selama kuartal keempat dari sebelumnya.

Hanya Facebook yang mengalami hal ini dan menjadi pertama kalinya dalam 18 tahun sejarahnya. Aplikasi lain yakni Instagram, Messenger dan WhatsApp mencatat keuntungan dari pengguna walau tipis.

2. Perubahan Aturan Privasi Apple

Tahun lalu, Apple memperkenalkan aturan privasi terbaru App Tracking Transparency (ATT). Ini membuat pengguna iPhone punya pilihan untuk memberikan kemampuan pemantauan aktivitas online pada aplikasi seperti Facebook.

Ini membuat rugi aplikasi seperti Facebook pada iklan bertarget perusahaan. Prusahaan juga mengkritik kebijakan itu. Bahkan Meta memprediksi kebijakan itu akan merugikan perusahaan hingga US$10 miliar (Rp 143,8 triliun.

3. Pangsa Iklan Online Diambil Google

Dampak perubahan aturan Apple juga berdampak ke hal lain. Yakni mulai mengalihkan anggaran iklan pada platform lain, Google.

Google ternyata mendapatkan rekor keuntungan dari penjualan terutama iklan pencarian e-commerce. Tidak seperti Meta, Google tak terlalu bergantung pada Apple untuk data pengguna.

Kepala Keuangan Meta, David Wehner mengatakan Google kemungkinan punya "data pihak ketiga yang jauh lebih banyak untuk pengukuran dan pengoptimalan" dibandingkan platform iklan Meta.

4. Tiktok vs Reels

CEO Mark Zuckerberg telah lama menunjukkan Tiktok merupakan pesaing yang tangguh. Aplikasi berasal dari China itu berkembang dan punya satu miliar pengguna, dan jadi ancaman untuk aplikasi seperti Instagram.

Tak mau kalah, Meta mengkloning Tiktok menjadi salah satu fitur di Instagram bernama Reels. Menurut Zuckerberg, fitur itu mejadi pendorong keterlibatan nomor satu di seluruh aplikasi.

Masalahnya Reels tidak menjadi tempat yang bisa menghasilkan uang seefektif fitur Instagram lainnya, seperti Stories dan Feed. Fitur itu lebih lambat menghasilkan uang dari iklan video karena orang cenderung melewatinya. Artinya semakin Instagram mendorong orang menggunakan Reels makin sedikit uang yang dihasilkan.

5. Metaverse

Fokus Meta memang ada di tangan Metaverse, dan Zuckerberg percaya teknologi itu jadi generasi berikutnya dari internet. Pengeluaran perusahaan tak main-main mencapai lebih dari US$10 miliar pada tahun lalu.

Bahkan Zuckerberg berharap dapat menghabiskan lebih banyak uang lagi di masa depan untuk Metaverse.

6. Ancaman Regulasi Antimonopoli

Meta harus menghadapi banyak penyelidikan. Seperti dari Federal Trade Commision AS dan beberapa jaksa agung negara bagian.

Ini untuk penyelidikan terkait cara Meta bertindak pada cara anti-monopoli. Para anggota parlemen juga berusaha mengupayakan kongres meloloskan RUU antimonopoli.

Zuckerberg membantah soal monopoli, dan mengatakan 'tingkat persaingan yang belum ada sebelumnya' termasuk dengan Tiktok, Apple, dan Google.


(npb/roy)
Saksikan video di bawah ini:

Video:Inovasi Cloud Lokal Perkuat Infrastruktur Kedaulatan Digital RI