
Duh, Peleburan LBM Eijkman ke BRIN Hambat Vaksin Merah Putih

Jakarta, CNBC Indonesia - Peleburan LBM Eijkman ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berdampak terhadap perkembangan Vaksin Merah Putih yang diperkirakan tidak dapat diselesaikan hingga pertengahan tahun 2022 sampai awal 2023.
Eks Kepala LBM Eijkman Amin Soebandrio mengatakan, hal itu disebabkan karena adanya proses-proses pengembangan yang harus dibahas lebih lanjut, seperti uji klinik yang akan memakan waktu 3 bulan, dan uji praklinik yang memakan waktu 6 bulan.
"Akan diadakan pembahasan antara Biofarma dengan BRIN tentang proses selanjutnya, yaitu pertama, persiapan untuk uji praklinik. Kemudian, nanti akan dilanjutkan dengan uji klinik fase 1, 2, dan 3 dengan melihat perkembangan itu, di mana saat ini masih dalam proses pembahasan," ujar Amin dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Senin (17/1/2022).
Sebelumnya, Amin mengatakan, per Desember 2020, LBM Eijkman sebenarnya sudah menyelesaikan 85% sampai 90% pengembangan vaksin tersebut. Namun sayangnya Biofarma melihat pengembangan tersebut belum memenuhi syarat industri.
"Karena masih belum cukup tinggi kemurniannya, kemudian imunogenisitasnya juga masih harus diuji. Selama setahun itu kami berupaya untuk meningkatkan dan sebagainya," kata Amin.
Ia mengungkapkan, LBM Eijkman terus berupaya untuk meningkatkan aspek-aspek yang diminta oleh industri, termasuk menempatkan dua orang peneliti LBM Eijkman di Biofarma untuk melakukan secara paralel pengembangan selanjutnya agar memenuhi persyaratan industri.
Di akhir tahun lalu, Amin mengaku LBM Eijkman sudah dapat meningkatkan kemurnian dan imunogenisitas. LBM Eijkman juga sudah melakukan pengujian pada hewan dengan respons yang sangat bagus, yang kemudian kualitas tersebut disetujui kelanjutan pengembangannya oleh Biofarma.
Selain itu, faktor finansial juga menjadi faktor penghambat lainnya. Pada Januari 2021, Amin dan tim peneliti sudah mengusulkan anggaran untuk menyelesaikan tugas pengembangan vaksin untuk pengadaan bioreaktor dan sebagainya.
"Tapi karena kelihatannya sudah mulai proses pergantian, jadi anggarannya yang katanya sudah disetujui, tapi tidak kunjung cair sampai akhir periode," tutur Amin
LBM Eijkman merupakan salah satu inisiator vaksin Covid-19 Merah Putih bersama dengan inisiator-inisiator lainnya seperti LIPI, Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Airlangga (Unair), dan Universitas Padjajaran.
Untuk diketahui, Laboratorium BSL 3 penting bagi LBM Eijkman dan Biofarma untuk meningkatkan kapasitas uji identifikasi SARS CoV-2 penyebab penyakit Covid-19 di suatu wilayah.
Selain itu, laboratorium ini bisa dikombinasikan dengan uji rapid untuk melakukan tracing kontak terhadap kasus terkonfirmasi positif Covid-19. Pemeriksaan rapid/PCR yang luas, tracing kontak dan dikombinasikan dengan uji PCR Covid-19 di mobile BSL-3, dapat digunakan untuk pemetaan wilayah yang akan membantu penanganan Covid-19 lebih efektif dan terukur.
"Dan orang-orang yang bekerja di situ juga orang-orang tertentu. Saya saja tidak punya license untuk bekerja di dalam BSL-3. Apabila tenaga dari Eijkman tidak bisa dijamin, maka kita khawatir operasional BSL-3 ini juga akan terhambat," kata Amin.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Eijkman: Negara Tetangga RI Minat Ikut Uji Klinis III