Melihat Ngerinya Serangan Virus Jahat Malware Hacker

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
Senin, 17/01/2022 10:25 WIB
Foto: CNBC

Jakarta, CNBC Indonesia - Minggu lalu, pelaku peretasan berhasil menjebol akses ke berbagai situs web pemerintahan Ukraina. Bahkan menurut para ahli, serangan tersebut lebih serius dan bisa mengganggu kehidupan warga negara tersebut.

"Seiring dengan meningkatnya ketegangan, kami menduga lebih banyak aktivitas siber yang lebih agresif di Ukraina dan berpotensi di tempat lain. (Mungkin termasuk) serangan destruktif yang menargetkan infrastruktur penting," kata John Hultquist, analis intelijen perusahaan keamanan siber Amerika Serikat (AS) Mandiant, dikutip dari Reuters, Senin (17/1/2022).

Tak lama setelah kejadian, Microsoft juga ikut angka bicara. Raksasa teknologi dunia itu mengatakan pihaknya mengamati malware desktruktif dalam sistem milik beberapa lembaga pemerintah Ukraina serta organisasi yang pernah bekerja dengannya.


Microsoft mengatakan para korban, termasuk lembaga pemerintah Ukraina menyediakan cabang eksekutif kritis penting atau fungsi tanggap darurat.

Termasuk dalam korban serangan adalah perusahaan teknologi informasi yang mengelola situs web untuk klien di sektor publik dan swasta. Microsoft tidak mengidentifikasi perusahaan IT yang terlibat.

Saat mendeteksi peristiwa pada hari Kamis, Microsoft mengungkapkan serangan tidak menggunakan kerentanan apapun dalam produk dan layanan Microsoft.

Reuters melaporkan Ukraina mengumumkan kecurigaannya pada kelompok peretas terkait dengan intelijen Belarusia dibalik serangan tersebut. Pelaku disebut menggunakan malware yang sama dengan yang digunakan kelompok terkait intelijen Rusia.

Microsoft mengungkapkan malware yang menyamar jadi ransomware, akan membuat sistem komputer terinfeksi tidak bisa dioperasikan jika diaktifkan penyerang.

Sementara itu Hultquist mengatakan untuk para lembaga bisa bersiap dengan ancaman tersebut. Serangan pada rumah sakit, perusahaan utilitas listrik dan sistem keuangan hingga saat ini jarang terjadi mengincar institusi secara agresif dalam dua tahun terakhir dengan ransomware, membekukan data, dan peralatan komputer yang diperlukan merawat pasien rumah sakit.

Penjahat terorganisir biasanya berasal dari Rusia. Serangan pada hari Jumat minggu lalu di situs Ukraina, disebut Reuters sebagai peringatan 'untuk takut dan mengharapkan yang terburuk'.

Di saat bersamaan, Rusia juga mengumpulkan sekitar 100 ribu tentara dekat Ukraina. Namun Moskow menyangkal ingin menyerang.

Salah satu serangan yang terkait Rusia terjadi pada Desember 2015. Saat itu berhasil mematikan lampu 225 ribu orang di Ukraina barat, dengan peretas menyabotase peralatan distribusi daya dan mempersulit untuk upaya memulihkan daya. Saat itu, pemadaman berlangsung enam jam di beberapa kota.

Dalam dua bulan terakhir tahun 2016, peretas juga menargetkan lembaga negara Ukraina sebanyak 6.500 kali. Dilaporkan dinas keamanan Rusia melancarkan perang siber ke Ukraina.


(npb/npb)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Risiko Serangan Siber Berbasis AI Kian Ngeri, RI Siap Hadapi?