Muncul Banyak Varian Baru Corona, Vaksin Covid masih Ampuh?

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
Jumat, 14/01/2022 11:40 WIB
Foto: Tenaga kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 dosis ketiga jenis Pfizer kepada warga saat vaksinasi booster Covid-19 di RSUI, Depok, Jawa Barat, Rabu (12/1/2022). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak menyebar dua tahun lalu, Covid-19 telah menyebar dan menghasilkan banyak varian baru. Sejalan dengan itu, vaksin yang beredar dan digunakan saat ini dipertanyakan soal keampuhan melawan varian yang terus bertambah.

Salah satu yang diselidiki adalah keampuhan vaksin melawan Omicron, varian yang sedang menyebar saat ini. Para peneliti menemukan beberapa vaksin efikasinya menurun, meskipun masih dalam angka yang tinggi.

Booster juga didorong para peneliti untuk dilakukan. Dengan begitu masyarakat dunia dapat meningkatkan perlindungan mereka.


Berikut sejumlah penelitian terkait efikasi vaksin Covid-19 melawan varian Omicron, dirangkum CNBC Indonesia dari berbagai sumber:

Vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna

Penelitian dari perusahaan Afrika Selatan, Discovery Health mengungkapkan efikasi dua dosis Pfizer menurun melawan Omicron. Namun angkanya masih cukup tinggi yakni dari 80% menjadi 70%, ini juga termasuk untuk menghadapi penyakit parah dan rawat inap.

Sementara itu berdasarkan studi dari Columbia University dan University of Hong Kong, antibodi Pfizer 20 kali lebih rendah saat melawan Omicron dibanding varian asli. Riset di Inggris mengungkapkan 32% dari 521 kasus telah menerima vaksinasi penuh Pfizer 15 minggu atau lebih dari itu sebelumnya.

Peneliti juga menyebut booster sangat penting. Antibodi Pfizer ditemukan meningkat sama saat menghadapi infeksi varian awal.

Efikasi vaksin Moderna juga ditemukan menurun melawan Omicron. Penurunannya sebanyak 9 kali dibandingkan varian sebelumnya. Booster juga disebut dapat meningkatkan antibodi dengan pemberian jenis yang sama.

Vaksin AstraZeneca

Vaksin ini juga mengalami penurunan saat melawan Omicron, ungkap laporan Badan Keamanan Kesehatan Inggris, Universitas Oxford, dan Imperial College London pada 14 Desember 2021.

Penelitian itu menggunakan 188 ribu orang dengan hasilnya berdasarkan 581 berbanding 56.439 kasus varian Delta. Dari sana 20% tidak divaksin dan jadi bagian 11% hasil tes yang dipantau.

Selain itu dalam laporan yang sama 33% telah divaksin penuh dengan AstraZeneca pada 15 minggu atau lebih sebelumnya. Seperti Pfizer dan Moderna, peneliti juga mendorong pemberian booster pada vaksin ini namun dengan dosis ketiga adalah Pfizer.

Vaksin Sinovac

Vaksin yang dipakai banyak orang di dunia ini dilaporkan gagal menghasilkan antibodi mendeteksi Omicron. Ini berasal dari studi laboratorium Universitas Hong Kong dan booster dikatakan bisa meningkatkan antibodi.

Bahkan menurut penelitian lainnya, tiga dosis Sinovac tidak bisa melawan Omicron. Penerima vaksin ini harus diberi booster Pfizer untuk lebih efektif, dikutip dari Reuters.

Para peneliti tidak menyebutkan besaran antibodi yang dihasilkan Sinovac atau Pfizer melawan Omicron. Namun disarankan penerima vaksin penuh Sinovac harus dibooster dengan vaksin jenis lain.


(npb/roy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Dorong Ekonomi Digital RI Lewat AI, Cloud & Data Center