Kabar Baru Soal Omicron Buat Anda Pengguna Vaksin Sinovac

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
08 January 2022 06:30
Tenaga kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada pelajar di SDN 03 Rawabuntu, Tangerang Selatan, Selasa (14/12/2021). Kementerian Kesehatan memulai vaksinasi COVID-19 untuk anak usia 6-11 dengan jumlah sasaran vaksinasi mencapai 26,5 juta di Indonesia. Plt. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu mengatakan pihaknya sudah mempersiapkan kick off pelaksanaan vaksinasi COVID-19 untuk anak usia 6 sampai 11 tahun. "Kami harapkan hari Selasa (14/12) sudah dilakukan kick off di beberapa daerah yang akan kami tetapkan dan selanjutnya itu secara bertahap sampai tahun depan akan kita lakukan vaksinasi semua anak usia 6 -11 tahun yang totalnya berdasarkan data itu ada 26,8 juta," katanya dalam keterangan resmi dikutip Senin (13/12/2021) kemarin. Pelaksanaan vaksinasi ini akan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama vaksinasi akan dilaksanakan di provinsi dan kabupaten/kota dengan kriteria cakupan vaksinasi dosis 1 di atas 70% dan cakupan vaksinasi Lansia di atas 60%.

Sampai saat ini sebanyak 8,8 juta jiwa dari 106 kabupaten/kota dari 11 provinsi yang sudah memenuhi kriteria tersebut, yakni Banten, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, dan Bali.

Vaksin yang digunakan untuk sementara ini adalah jenis Sinovac dan sudah punya Emergency Use Autorization (EUA). Sebanyak 6,4 juta dosis vaksin Sinovac yang akan digunakan hingga akhir Desember 2021.

Penyuntikan vaksin dilakukan dengan intramuskular atau injeksi ke dalam otot tubuh di bagian lengan atas dengan dosis 0,5 mili. Vaksinasi diberikan sebanyak 2 kali dengan interval minimal 28 hari. Sebelum pelaksana vaksinasi harus dilakukan skrining dengan menggunakan format standar oleh petugas vaksinasi. Tempat pelaksanaan vaksinasi bisa dilakukan di Puskesmas, rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya baik pemerintah maupun swasta termasuk pos-pos pelayanan vaksinasi, dan sentra vaksinasi. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Vaksinasi COVID-19 untuk anak usia 6-11 tahun di SDN 03 Rawabuntu, Tangerang Selatan, Selasa (14/12/2021). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penerima vaksin Sinovac (CoronaVac) kemungkinan membutuhkan dua kali suntikan booster vaksin lainnya agar tubuh memiliki perlindungan dari Covid-19 varian Omicron.

Ini merupakan hasil penelitian awal yang dilakukan oleh Yale University dengan Kementerian Republik Dominika dan lembaga lainnya. Penelitian ini sidaj dipublikasikan di jurnal online medRxiv namun belum ditinjau oleh rekan sejawat ahli kesehatan lainnya.

Penelitian itu awalnya mencampur dua dosis vaksin Sinovac dengan satu dosis booster vaksin Pfizer. Hasilnya, respons kekebalan yang dihasilkan campuran vaksin itu lebih rendah terhadap varian Omicron.

'Dalam penelitian tersebut ditemukan dua dosis vaksin Sinovac plus booster vaksin Pfizer menghasilkan respons antibodi yang mirip dengan vaksin mRNA dua dosis. Vaksin mRNA dikembangkan oleh Pfizer dan Moderna.

Penelitian tersebut mengungkap campuran vaksin itu menghasilkan tingkat antibodi terhadap Omicron adalah 6,3 kali lipat lebih rendah jika dibandingkan dengan Covid-19 varian awal dan 2,7 kali lipat lebih rendah jika dibandingkan dengan varian Delta.

Akiko Iwasaki, salah satu penulis studi tersebut,mengatakan di Twitter bahwa penerima CoronaVac (vaksin Sinovac) kemungkinan memerlukan dua dosis booster tambahan untuk mencapai tingkat perlindungan yang diperlukan terhadap Omicron, seperti dikutip dari Reuters

Berdasarkan penelitian yang menganalisis sampe dari 101 peserta di Republik Dominika, dua dosis vaksin Sinovac tidak menunjukkan respons netralisasi yang terdeteksi terhadap Omicron.

Sebelumnya penelitian awal yang dilakukan University of Hong Kong tiga dosis vaksin Sinovac tidak ampuh melawan varian Omicron karena tidak menghasilkan antibodi penetral virus yang cukup.

Setelah hasil penelitian ini diumumkan Sinovac merilis penelitian tiga dosis vaksin Sinovac melawan Omicron. Hasilnya, dosis ketiga disebut 'efektif dalam meningkatkan penetralan melawan strain Omicron.

Disebut 94% penerima tiga dosis Sinovac menghasilkan antibodi penetralisir yang cukup. Namun perusahaan tidak merinci tingkat antibodi seperti apa yang dihasilkan oleh tiga dosis Sinovac.

Menanggapi riset peneliti Yale University, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan vaksinasi memang tidak memberikan proteksi sampai 100% terhadap penularan virus COVID-19.

"Jadi semua orang yang sudah divaksin itu memiliki kemungkinan tetap tertular," kata dia kepada CNBC Indonesia.

Oleh karena itu, ia mengimbau agar masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan meski sudah mendapatkan dosis vaksin lengkap. Karena, lanjut dr. Nadia, vaksinasi dan protokol kesehatan akan meningkatkan efektivitas dalam mencegah penularan virus COVID-19.

"Vaksin efektif melindungi kasus-kasus berat, bahkan kematian. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Afrika Selatan, itu proteksi yang diberikan oleh [vaksin], orang tidak sakit berat itu sampai 77%. Jadi, risiko tetap ada. Tapi sudah berkurang," tegas dia.

Selain itu, efektivitas vaksin juga tergantung dari kekebalan kelompok masing-masing. Namun, orang yang sudah divaksin memiliki proteksi lebih tinggi terhadap paparan virus dibanding mereka yang belum mendapatkan vaksinasi.

"Jadi ketika dikatakan bahwa Sinovac (dosis I), Sinovac (dosis II), Pfizer (dosis III), tidak bisa menghadapi Omicron, mungkin saja. Karena vaksin ini tidak memberikan perlindungan 100% terhadap penularan. Tapi terhadap sakit berat dan kematian bisa turun sampai dengan 77%," terang dia.


(cha/cha)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pengguna Vaksin Sinovac Ada Kabar Baru Soal Omicron Buat Kamu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular