Asteroid Rp 68 Triliun Dekati Bumi Akhir Pekan Ini, Bahaya?
Jakarta, CNBC Indonesia - Akhir minggu ini, tepatnya pada Sabtu (11/12/2021) asteroid raksasa 'berpotensi berbahaya' akan mendekati Bumi. Asteroid itu disebut lebih besar dari ukuran Menara Eiffel di Perancis.
Obyek berbatu bernama 4660 Nereus memiliki panjang 330 meter. Saat masuk ke orbit Bumi, asteroid itu melesat dengan kecepatan 23.700 km/jam, dikutip dari Live Science, Selasa (7/12/2021).
Live Science menuliskan asteroid itu akan melintas tanpa menimbulkan dampak ke Bumi. Namun jaraknya tetap lebih dekat dari yang pernah terjadi dalam 20 tahun. Nantinya, Nereus akan berjarak sekitar 3,86 juta km dengan Bumi. Ini masih 10 kali lipat lebih lebar dari jarak antar Bumi dan Bulan.
Meskipun terdengar seperti jarak yang jauh, namun menurut Live Science dalam standar kosmik sebenarnya hanya selemparan batu saja.
Nereus pertama kali ditemukan tahun 1982. Orbitnya 1,82 tahun Matahari selalu mendekati Bumi setiap 10 tahun sekali.
Karena terlalu sering melintas di tata surya, NASA dan badan antariksa Jepang JAXA pernah mempertimbangkan mengumpulkan sampel dari Nereus. Direncanakan pengambilan sampel menggunakan pesawat pesawat antariksa milik Jaxa, Hayabusa. Namun pada akhirnya kedua lembaga tersebut memilih asteroid yang berbeda untuk diteliti.
NASA memperkirakan Nereus akan 'mampir' mendekati Bumi lagi pada 2 Maret 2031 dan berikutnya November 2050. Sementara jarak terdekatnya adalah pada 14 Februari 2060, yang diperkirakan Nereus berada hanya 1,2 juta km dari Bumi.
Sebagai informasi, NASA menandai tiap obyek antariksa dengan jarak 120 juta mil atau 193 juta km dari Bumi sebagai 'obyek dekat Bumi'. Sementara obyek yang meluncur dengan cepat dalam jarak 4,65 juta mil atau 7,5 juta km sebagai 'berpotensi berbahaya'.
Setelah melakukan penandaan, para astronom akan memantau obyek itu dengan cermat. Termasuk melakukan pencarian lintasan yang diperkirakan bisa menjadi jalur tabrakan dengan Bumi.
Asteroid Nereus menjadi benda langit yang menarik pada penambang luar angkasa. Menurut Asterank, database yang memantau lebih dari 600.000 asteroid, memperkirakan bahwa asteroid itu mengandung nikel, besi, dan kobalt senilai US$4,71 miliar atau setara Rp 66,89 triliun (asumsi Rp 14.200/US$).
(npb/roy)