Jakarta, CNBC Indonesia - Lonjakan transaksi online selama pandemi menjadi berkah tersendiri bagi pelaku usaha logistik. Mereka yang memanfaatkan digitalisasi bakal meraup berkah terbesar, karena menawarkan keunggulan dari efisiensi dan efektivitas berbasis teknologi daring.
Bank Indonesia (BI) memproyeksikan transaksi e-commerce tahun ini bakal melompat 51,6% dibanding tahun lalu, menjadi Rp 403 triliun. Proyeksi tersebut sejalan dengan perkiraan Temasek, Google, serta Bain &Company yang memprediksi transaksi e-commerce bakal melesat 52%.
Dalam laporan terbaru mereka berjudul "e-Conomy SEA 2021", segmen transportasi dan logistik diprediksi ikut tumbuh, yakni sebesar 36%. Secara umum, nilai ekonomi digital di Indonesia diprediksi bakal mencapai US$ 70 miliar tahun ini, atau tumbuh 49% secara tahunan.
Proyeksi tersebut sangatlah beralasan mengingat pertumbuhan pesat industri e-commerce memang berimbas langsung terhadap jasa kurir, logistik dan pergudangan. Dengan kata lain, pandemi Covid-19 terbukti tak hanya menjadi disruptor, tetapi juga akselerator sektor tersebut.
Salah satu pemain di sektor kurir, logistik dan pergudangan yang menikmati berkah dari pandemi adalah Shipper Indonesia (Shipper.id). Startup aggregator logistik yang baru genap berusia 4 tahun awal November lalu ini berhasil membukukan kinerja yang impresif.
Berbeda dari perusahaan logistik umumnya yang hanya fokus pada layanan fisik dan minim efisiensi berskala besar di tingkat pengguna, Shipper menawarkan konsep layanan pemenuhan dan pengapalan terukur (scalable fulfillment and shipping).
Layanan tersebut menjadi pembeda terhadap penyedia jasa logistik lainnya yang tidak terlalu memperhatikan aspek inefisiensi akibat faktor geografis dan ketimpangan ekonomi di Indonesia. Mereka umumnya mengalihkan beban inefisiensi tersebut ke dalam tarif yang dibayar pelanggan.
 Sumber: Shipper |
Dengan 17.000 pulau dan berpenduduk 270 juta orang, pengiriman barang di Indonesia bisa lebih mahal dua hingga tiga kali lipat dibandingkan dengan di negara lain. Ketimpangan ekonomi dan keterbatasan infrastruktur Jawa dan luar Jawa menjadi salah satu pemicunya.
Bagi ribuan perusahaan logistik nasional, kendala itu diatasi dengan membangun infrastruktur masing-masing, baik dari sisi penjemputan barang, pergudangan, hingga pengiriman. Itu saja tak cukup untuk mengatasi problem inefisiensi logitik nasional karena berjalan parsial dan seporadis.
Shipper hadir dengan konsep agregator logistik. Perseroan membangun jalur pengiriman luas berskala nasional tetapi menyeluruh dari pintu ke pintu, yang bisa dipakai bersama-sama (multiusers) antar perusahaan logistik sehingga menciptakan efisiensi.
Contoh sederhana: 100 perusahaan logistik yang mengirim barang dari titik A ke B dengan sistem dan armada masing-masing akan memikul biaya Rp 100. Jika mereka mengirim barang lewat satu sistem dan armada untuk rute yang sama, ongkos tersebut bisa dibagi berseratus menjadi Rp 1.
Di tengah booming e-commerce, Shipper Indonesia terus mengembangkan bisnisnya ke berbagai layanan. Perseroan kini menawarkan layanan logistik menyeluruh mulai dari jasa penjemputan, pengiriman, manajemen pergudangan, hingga fulfillment center.
Uniknya, perseroan tak memungut biaya sepeser pun dari pengguna. Mereka lebih memilih mengambil komisi dari mitra. Selain itu, Shipper Indonesia juga mengupayakan monetisasi dari layanan pergudangan termasuk akses keluar masuk, keamanan, hingga jasa asuransi.
Dengan keunggulan sebagai agregator yang menawarkan efisiensi layanan, Shipper berhasil menarik perusahaan pengguna jasa logistik dan bahkan perusahaan logistik sendiri untuk bergabung dalam layanan fulfillment and shipping mereka.
Saat ini, ada 30 lebih perusahaan logistik yang bergabung dalam layanan Shipper, di mana ketigapuluh perusahaan tersebut memiliki porsi sebesar 75% terhadap pasar logistik nasional. Beberapa di antaranya adalah PT Pos Indonesia, JNE, Gojek, Grab, hingga Ninja Xpress.
Strategi kemitraan pun dijalin dengan para pengguna baik dengan raksasa e-commerce seperti Shopee dan Lazada, maupun dengan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Tiap bulan, mereka mendapat kunjungan lebih dari 200 juta orang sehingga bisa dibayangkan besarnya peluang jasa pengiriman yang terbuka dari situ.
Tidak heran, pertumbuhan bisnis perseroan melesat 6 kali sepanjang tahun berjalan 2021. Fasilitas gudang pun mau tak mau harus ditambah. Jika di awal 2020, perseroan baru mempunyai 20 gudang, per kuartal I-2021 jumlah gudang perseroan bertambah menjadi 161 unit.
Angka tersebut meningkat lagi pada kuartal II-2021 menjadi 222 gudang, dengan luas total 600.000 m². Kini, jumlah gudang perseroan mencapai 300 unit yang tersebar di 40 kota besar di Indonesia. Artinya, gudang perseroan meluas hingga 15 kali lipat dalam waktu kurang dari 1 tahun.
Kelihaian perseroan menggarap ceruk bisnis logistik yang memicu pertumbuhan kinerja fantastis tersebut diapresiasi oleh pemodal, dengan kucuran pendanaan senilai US$ 63 juta pada April ini, untuk pengembangan teknologi dan sistem logistik.
Investor strategis yang ikut dalam pendanaan seri B itu adalah DST Global Partners dan Sequoia Capital India selaku lead investor. Investor lain yang ikut dalam putaran pendanaan tersebut antara lain Prosus Ventures, Floodgate, Lightspeed, Insignia Ventures, AC Ventures dan Y Combinator.
Melihat sepak terjang dan terobosan perseroan dalam bisnis logistik tersebut, Shipper Indonesia terpilih menjadi pemenang penghargaan The Best Performing Logistics Aggregator 2021 di ajang CNBC Indonesia Awards 2021, mengalahkan nominee perusahaan aggregator logistik lain.
Shipper meraih skor 98 (dari 100). Untuk mencapai penilaian tersebut, Tim Riset CNBC Indonesia melakukan kajian dan analisis terhadap industri logistik yang memenuhikriteria. Proses penilaian dilakukan pada November, melalui riset kualitatif berbasis data sekunder dari publikasi resmi perseroan, otoritas atau regulator, sertamedia monitoring terhadap 10 media utamanasional.
TIM RISET CNBC INDONESIA