Enam Vaksin Covid Ini Aman & Efektif Jadi Booster, Apa Saja?
Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah penelitian dari Inggris menemukan sejumlah vaksin yang bisa digunakan untuk dosis booster. Jumlahnya mencapai enam vaksin yang dinilai aman dan efektif.
Dalam penelitian pada Uji Coba Fase 2 peer-review yang terbit di jurnal medis The Lancet mencoba melihat keamanan dan efikasi pada 7 vaksin setelah vaksinasi penuh. Vaksin dua dosis berasal dari Oxford-AstraZeneca dan Pfizer-BioNTech.
Vaksin yang diikutsertakan dalam studi diproduksi oleh Oxford-AstraZeneca, Pfizer-BioNTech, Novavax, Johnson&Johnson, Moderna, Valneva dan Curevac. Terdapat 2.878 orang dewasa di atas 30 tahun pada penelitian ini.
Setengah dari jumlah peserta menerima dua dosis Oxford-AstraZeneca dan sisanya mendapatkan vaksin Pfizer-BioNTech. Peserta berusia di atas 70 tahun berjumlah setengah dari subyek penelitian, serta beberapa orang masuk dalam kelompok kontrol dan diberi vaksin meningokokus sebagai plasebo.
Hasilnya ditemukan tidak satupun dari ketujuh vaksin menimbulkan masalah keamanan. Efek samping yang dirasakan seperti kelelahan, sakit kepala dan nyeri di tempat suntikan merupakan hal umum, dan laporan sebagian besar berasal dari orang yang lebih muda.
Sementara itu 912 orang mengalami efek samping saat di-booster, 24 kejadian diantaranya memiliki level parah.
Seluruh vaksin meningkatkan kekebalan saat diberikan 10-12 minggu diberikan dua dosis vaksin Oxford-AstraZeneca. Kecuali Valneva, enam vaksin lain mengalami peningkatan imunitas pada peserta yang divaksinasi penuh Pfizer-BioNTech.
Pada peserta yang mendapatkan vaksin penuh Oxford-AstraZeneca, level protein spike melonjak antara 1,8 kali lebih tinggi setelah diberikan Valneva dan 32,3 kali lebih tinggi setelah Moderna. Ini didapatkan 28 hari setelah dosis ketiga diberikan.
Sementara mereka yang mendapatkan vaksin penuh Pfizer-BioNTech, tingkat antibodi setelah Valneva meningkat 1,3 kali lebih tinggi dan 11,5 kali lebih tinggi di-booster dengan Moderna.
"(Studi ini) memberikan kepercayaan dan fleksibilitas untuk mengembangkan program booster di Inggris dan global dengan faktor lain memiliki peran seperti rantai pasokan dan logistik," kata pemimpin studi dan direktur NIHR Clinical Research Facility di University Hospital Southampton.
Dia mengatakan PR berikutnya mendapatkan data selama tiga bulan dan satu tahun setelah booster. Dengan begitu akan memberikan wawasan lebih.
"Pekerjaan lebih lanjut akan menghasilkan data pada tiga bulan dan satu tahun setelah orang menerima booster, yang akan memberikan wawasan mengenai dampak pada perlindungan jangka panjang dan memori imunologi," jelasnya.
(roy/roy)