Ada 'Harta' yang Bisa Bikin Warga Bumi Kaya, Siapa Mau Gali?
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menemukan Asteroid yang mengandung batuan berharga yang bisa membuat penduduk Bumi kaya raya. Asteroid itu bernama Psyche 16.
Asteroid ini ini ditemukan di sabuk Mars dan Jupiter. Berjarak 370 juta kilometer dari Bumi. Ukurannya diperkirakan seperti wilayah Virginia Barat di AS yakni 226 kilometer.
Psyche 16 memiliki material besi nikel dan logam mahal seperti emas dan platinum. Bahan penyusunnya berbeda dengan asteroid lain yakni mineral silikat (tipe-S) atau senyawa berkarbon (tipe-C).
Banyak yang mencoba menaksir harga Psyche 16. Salah satunya US$ 10.000 quadrillion dan ada pula hingga US$700 quintillion. Jika mengasumsikan harganya US$700 quintillion dan dibagi dengan penduduk Bumi berjumlah 7,6 miliar maka satu orang akan mendapatkan US$9,3 miliar, dikutip Business Standard, Sabtu (9/10/2021).
Masalahnya adalah siapa yang menambang Asteroid ini. Pasalnya hukum yang digunakan di Bumi belum terlalu jelas mengatur penambangan luar angkasa. Sebagian besar aturan masih ambigu.
"Ada beberapa celah dalam undang-undang, dan beberapa hal perlu diklasifikasi untuk memberikan kepastian lebih pada undang-undang saat ini," kata Ian Christensen yang merupakan direktur program sektor swasta di Secure World Foundation kepada CNBC Internasional.
Bahkan hingga sekarang belum ada otoritas tunggal untuk bertanggung jawab soal alokasi sumber daya di luar Bumi. Izin aktivitas masih dikeluarkan oleh pemerintah negara tempat pihak yang melakukan aktivitas.
"Penegakan dilakukan oleh otoritas pemerintah nasional, namun otoritas luar angkasa khusus belum ada," kata dia.
Aturan yang dinilai paling komprehensif soal ini adalah Perjanjian Luar Angkasa 1967 oleh PBB. Namun masih ada kebingungan diantara negara dunia soal kegiatan di luar angkasa.
Ungkapan yang sama juga diucapkan analis sains dan teknologi Stratfor, Rebeca Keller. Penggunaan sumber daya di antariksa masih kabur dan dapat diartikan ke dalam dua arah serta menimbulkan perdebatan.
"Pemerintah dan bahkan para ahli di bidang ini masih memperebutkan penggunaan yang tepat dari sumber daya ini dan itu tetap jadi pertanyaan yang sulit untuk dijawab," jelas Rebeca Keller.
(roy/roy)