
Sudah Vaksin tapi Tetap Kena Covid-19, Begini Penjelasannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Para ahli mengungkapkan penyebab orang yang sudah mendapatkan vaksin masih memiliki risiko terinfeksi virus covid-19. Hingga saat ini, dari seluruh vaksin yang diproduksi sejumlah negara tidak ada yang memilik efektifitas hingga 100% bisa mencegah infeksi virus ini.
Selain itu, virus covid-19 mengalami mutasi dalam bentuk varian baru, varian Delta juga membuat kemanjuran vaksin menjadi menurun.
Para ahli juga menyebutkan terdapat data yang tidak lengkap mengenai berapa lama kekebalan Covid akan bertahan setelah seseorang mendapatkan vaksinasi, dikutip dari CNBC Internasional, Rabu (11/8/2021).
Sejumlah penelitian mencatat efektivitas rendah vaksin untuk mencegah penyakit. Misalnya saja data awal di Israel yang terbit Juli lalu menemukan vaksin Pfizer hanya memiliki keefektifan 40,5% dalam pencegahan penyakit simtomatik.
Hasil analisis menunjukkan jika dua dosis vaksin masih memberikan perlindungan yang kuat atas penyakit parah dan rawat inap.
Data juga menunjukkan ada penurunan efektivitas pada orang yang menggunakan Pfizer-BioNTech. Misalnya orang yang mendapatkan dua dosis suntikan pada Januari lalu, vaksin hanya efektif 16% Terhadap infeksi simtomatik.
Sementara pada orang yang mendapatkan dua dosis di bulan April, kemanjuran tercatat sebesar 79%.
Namun penelitian lain di Inggris dilakukan April hingga Mei menemukan setelah diberikan dua dosis vaksin Pfizer-BioNTech terdapat kemanjuran 88% untuk melawan penyakit yang disebabkan varian delta.
Data di Inggris juga menyimpulkan dua dosis vaksin tersebut masih efektif 96% terhadap pasein rawat inap yang terinfeksi varian delta. Vaksin lainnya, Oxford-AstraZeneca ditemukan 92% efektif mencegah rawat inap setelah pemberian dua dosis.
Sementara, pada kemanjuran vaksin awal setelah uji klinis yang dirilis Pfizer dan BioNTech tahun lalu, vaksin efektifv95% melawan infeksi dari jenis virus yang beredar saat itu.
Soal keefektifan vaksin, Profesor Lawrence Young yang merupakan ahli Virologi di Fakultas Kedokteran Universitas Warwick Inggris mengatakan tidak ada vaksin yang 100% efektif. Menurutnya akan selalu ada individu yang memiliki kerentanan atas infeksi dan penyakit.
"Ada dua faktor lain yang mempengaruhi efektivitas vaksin: (1) menurunnya kekebalan, kita masih belum tahu berapa lama kekebalan protektif yang diinduksi oleh vaksin bertahan. Ini munkn jadi faktor orang tua dan lebih rentan yang divaksinasi pada awal program," kata dia.
Sementara faktor kedua adalah mengenai 'infeksi terobosan pada individu yang divaksinasi karena varian Delta yang lebih menular'. Ini menambah bobot kasus untuk melakukan vaksinasi booster.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wamenkes: Anak Bisa Jadi Carrier Covid di Sekolah & di Rumah