Kapan Pandemi Covid-19 Berakhir? Ini Prediksi Terbarunya

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
09 August 2021 18:20
People wearing face shields and masks as a precaution against the coronavirus as they wait to receive COVID-19 vaccine in Mumbai, India, Thursday, April 29, 2021. India set another global record in new virus cases Thursday, as millions of people in one state cast votes despite rising infections and the country geared up to open its vaccination rollout to all adults amid snags. (AP Photo/Rajanish Kakade)
Foto: Warga memakai pelindung wajah dan masker sebagai tindakan pencegahan terhadap virus corona untuk menerima vaksin COVID-19 di Mumbai, India, Kamis, 29 April 2021. (AP / Rajanish Kakade)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mengingat baru sebagian kecil masyarakat yang divaksinasi, ahli epidemiologi mengatakan pandemi tidak kan segera berakhir. Sejauh ini baru 15% populasi dunia yang mendapatkan vaksin Covid-19 dan lebih dari 100 negara menginokulasi kurang dari 5% penduduknya.

"Saya pikir kita lebih dekat ke awal daripada akhir (pandemi) dan itu bukan karena varian yang kita lihat sekarang akan bertahan selama itu," kata Ahli Epidemiologi dan bagian dari tim WHO memberantas cacar, Larry Brilliant, dikutip dari CNBC Internasional, Senin (9/8/2021).

"Kecuali kita memvaksinasiĀ semua orang di lebih 200 negara masih akan ada varian baru," ucap Brilliant yang juga pendiri serta CEO konsultan respon pandemi, Pandefense Advisory.

Dia juga memprediksi pada akhirnya virus corona akan menjadi seperti influenza atau virus selamanya.

Selain itu, dia juga menjelaskan model kurva epidemi V terbalik di San Fransisco dan New York. Hal itu berarti infeksi meningkat sangat cepat namun juga akan menurun dengan cepat, ungkapnya.

Jika prediksi itu benar, artinya varian Delta menyebar begitu cepat sehingga 'pada dasarnya kehabisan kandidat' untuk menginfeksi. Nampaknya ada pola serupa di Inggris dan India, yang mengalami penyebaran varian Delta dan mulai menurun lonjakan kasusnya.

Database online dari Our World in Data menunjukkan kasus rata-rata tujuh hari di Inggris turun dari sekitar 47.700 pada 21 Juli menjadi 26 ribu pada Kamis (5/8/2021). Hal yang sama juga terakhir di India yang memiliki kasus di bawah 50 ribu pada akhir Juni, menurun drastis dari 390 ribu kasus perhari pada Mei lalu.

"Ini mungkin artinya fenomena enam bulan di suatu negara, bukan fenomena dua tahun. Tapi saya mengingatkan orang-orang bahwa ini adalah varian Delta dan kami belum kehabisan huruf Yunani sehingga mungkin akan lebih banyak lagi yang akan datang," jelasnya.

Brilliant juga mengatakan kemungkinan kecil 'varian super' muncul dan vaksin yang beredar tidak bekerja untuk melawannya. Menurutnya memang sulit memprediksi hal tersebut namun tidak bisa dikesampingkan.

Selain itu, dia menyoroti suntikan vaksin booster. Seperti diketahui sejumlah negara, termasuk Indonesia juga melakukan suntikan vaksin ketiga bagi kelompok masyarakat tertentu.

Menurutnya ada satu kelompok yang membutuhkan suntikan booster itu segera. Yaitu masyarakat berusia 65 tahun ke atas dan telah divaksinasi lengkap lebih dari enam bulan lalu namun memiliki daya tahan tubuh lemah.

Brilliant menjelaskan kategori orang ini yang dilihat membuat banyak mutasi saat virus masuk ke tubuhnya. Dia mendorong untuk kelompok masyarakat itu segera mendapatkan dosis ketiga.

"Jadi orang-orang itu menurut saya harus diberi dosis ketiga segera, secepat memindahkan vaksin ke negara-negara yang belum memiliki kesempatan sangat tinggi untuk membeli atau memiliki akses ke sana. Saya anggap dua hal itu sama," jelas Brilliant.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ahli Ini Sebut Pandemi Covid-19 Segera Berakhir di Inggris

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular