NASA Temukan Asteroid yang bikin Penduduk Bumi Tajir

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
Kamis, 05/08/2021 07:35 WIB
Foto: Asteroid Psyhe 16. (Photo : Photo Courtesy of NASA/Newsmakers)

Jakarta, CNBC Indonesia - Selain menghadirkan wisata antariksa, ada satu lagi kegiatan di luar angkasa yang bisa menghasilkan banyak uang bagi orang di Bumi. Yakni dengan melakukan penambangan pada obyek asteroid yang berada di sabuk antara Mars dan Jupiter.

NASA menyebutkan mineral pada asteroid tersebut setara dengan US$100 miliar (Rp1.433 triliun) untuk setiap manusia yang ada di Bumi.

Sayangnya kegiatan itu masih ada kendala di Bumi. Yaitu belum ada kejelasan hukum kepemilikan sumber daya di luar angkasa.


Ini diungkapkan oleh Ian Christensen, direktur program sektor swasta di Secure World Foundation. Dia mengatakan secara umum sebagian besar undang-undang soal antariksa masih bersifat ambigu.

"Ada beberapa celah dalam undang-undang, dan beberapa hal perlu diklasifikasi untuk memberikan kepastian lebih pada undang-undang saat ini," kata Christensen pada CNBC Internasional, Kamis (5/8/2021).

Sejauh ini, menurutnya belum ada otoritas tunggal dengan tanggung jawab mengenai alokasi sumber daya di antariksa. Izin sendiri dikeluarkan oleh pemerintah nasional untuk pihak yang melakukan kegiatan di luar angkasa.

Selain itu, negara tempat perusahaan beroperasi yang memiliki tanggung jawab untuk menegakkan peraturan. "Penegakan dilakukan oleh otoritas pemerintah nasional, namun otoritas luar angkasa khusus belum ada," ujarnya.

Aturan paling komprehensif sejauh ini adalah Perjanjian Luar Angkasa tahun 1967 oleh PBB. Tapi kebingungan antar negara juga masih ada.

Analis sains dan teknologi di Stratfor, Rebeca Keller mengatakan area penggunaan sumber daya di antariksa masih sangat kabur. Selain juga bisa ditafsirkan ke dalam dua arah, perdebatan pemerintah dan ahli mengenai penggunaan yang tepat juga tidak terhindar.

"Pemerintah dan bahkan para ahli di bidang ini masih memperebutkan penggunaan yang tepat dari sumber daya ini dan itu tetap jadi pertanyaan yang sulit untuk dijawab," ungkap Keller.

Luar angkasa saat ini memang menjadi lebih ramai dari sebelumnya. Sejumlah perusahaan membidik tujuan agar bisa pergi ke antariksa dan mendapatkan keuntungan dari sana. Hal tersebut juga membuat Keller mengimbau pemerintah di Bumi.

Mereka diminta melakukan pembatasan dan mengontrol perluasan pada kepentingan swasta. Caranya bisa dengan mencontek format pada kesepakatan perubahan iklim.

Kesepakatan itu memang belum sempurna sebab masih memiliki kekurangan kekuatan penegakan hukum. Tapi perjanjian bisa membawa orang-orang untuk dapat dudu bersama.

"Perundang-undangan tertinggal di belakang teknologi, hampir selalu setiap saat," kata Keller.


(roy/roy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Adopsi Teknologi Tinggi, Infrastruktur Digital Makin Diperkuat