Aset Kripto Bukan Lawan dari Instrumen Investasi Lain
Jakarta, CNBC Indonesia - COO Tokocrypto, Teguh Kurniawan Harmanda menegaskan bahwa jangan melihat aset kripto menjadi lawan untuk aset lainnya, misalnya di pasar modal.
"Ini justru menjadi alternatif aset baru. Kalau lihat digital aset, crypto relatif baru masih berkaitan erat dengan isu tertentu tak bisa dipungkiri. Kalau melihat fundamental teknologi yang mendasari industri kripto, ini adalah hal yang menarik. Sebagai penikmat kripto jangan hanya melihat naik dan turun, tapi perkembangan teknologi," ujarnya menjelaskan dalam program Squawk Box di Jakarta, Rabu (21/7/2021).
Yang pasti, lanjutnya, kripto dengan aset lainnya di pasar saham sedikit banyak memiliki kesamaan. Menurutnya di pasar modal ada yang namanya prospektus dan jika di aset kripto untuk bisa meminimalisir risiko ada white paper.
"Ini yang menyajikan seluruh informasi dan kemudian hari kalau proyek baik atau tidak, bisa berkesimpulan," katanya.
'Saya pikir ini masih baru tapi yang perlu jadi garis bawah, risiko tinggi, underlying belum jelas, tapi bahwa market kripto di RI peluangnya besar. Dana yang kita punya akan meningkat," imbuhnya.
Sebagai informasi, transaksi mata uang kripto terus menunjukkan kenaikan yang signifikan sebagaimana yang terjadi pada 2020 hingga 2021.
Teguh Kurniawan mengatakan pada 2020 data menunjukkan bahwa ada 2,5 juta investor di Indonesia yang bermain di aset kripto.
"Loncat pada 2021, tidak sampai setahun angkanya sudah naik menjadi 6,5 juta investor kripto," katanya.
Menurut dia, hal ini berbanding terbalik di tengah kondisi pandemi yang justru meningkatkan jumlah investor. Alasannya adalah karena aset kripto memiliki kemudahan akses hingga alasan kemudahan menjangkau aset investasi.
"Di kripto dengan hanya Rp 50 ribu sudah bisa membeli aset kripto contohnya Bitcoin (BTC)," tegasnya.
Tak hanya tambahan investor yang signifikan, dia juga mengatakan bagaimana volume perdagangan yang juga terkerek naik. Pada periode yang sama (2020-2021) ada kenaikan volume perdagangan hingga 6 kali lipat berdasarkan data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).
"Tahun 2020 itu hanya Rp 60 triliun volume perdagangan di RI. Naik di Mei 2021 data terakhir mencapai Rp 370 triliun, hampir 6 kali lipatnya pertumbuhan dari volume," pungkasnya.
(yun/yun)