Ambyar! Dalam 24 Jam, Rp 1.421 T Lenyap dari Pasar Kripto

NPB, CNBC Indonesia
Selasa, 20/07/2021 13:40 WIB
Foto: Infografis/ Jangan Asal Beli, kenali Dulu 3 Mata Uang Kripto yang sedang Booming

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga Bitcoin turun di bawah US$ 30.000 pada perdagangan hari ini (22/7/2021). Ini pertama kalinya sejak 22 Juni harga cryptocurrency terpopuler itu di bawah angka psikologis tersebut

Melansir CNBC International, penurunan harga tersebut telah membuat kapitalisasi pasar uang kripto menguap sekitar US$ 98 miliar atau Rp 1.421 triliun (asumsi Rp 14.500/US$) dalam 24 jam terakhir, menurut data CoinMarketCap.

Harga Bitcoin turun lebih dari 6% sementara ether turun hampir 9% dan XRP merosot hampir 10%, menurut data CoinDesk.


Penurunan bitcoin terjadi setelah aksi jual besar-besaran di pasar saham global. Pada hari Senin, Dow Jones Industrial Average mengalami hari terburuk sejak Oktober lalu.

"Ada aksi jual luas di pasar global, aset berisiko turun secara keseluruhan," ujar Annabelle Huang, mitra di perusahaan jasa keuangan cryptocurrency Amber Group.

"Ada kekhawatiran akan kualitas dan kekuatan pemulihan ekonomi" dan "aset berisiko yang lebih luas menjadi lebih lemah," kata Huang. "Ditambah dengan pelemahan BTC (bitcoin) baru-baru ini, mengirim pasar crypto turun lebih jauh," imbuhnya.

Sejak bitcoin mencapai harga tertinggi sepanjang masa hampir US$ 65.000 pada pertengahan April, harganya telah jatuh lebih dari 50%. Sementara itu, tindakan keras baru di China pada perdagangan dan penambangan cryptocurrency telah membebani harga bitcoin.

Wilayah utama yang bertanggung jawab atas penambangan bitcoin di China telah memaksa operasi untuk ditutup. Penambangan Bitcoin adalah proses intensif energi yang memfasilitasi transaksi bitcoin dan menciptakan koin baru.

Bank sentral China juga telah berbicara dengan perusahaan keuangan dan fintech yang mengingatkan mereka untuk tidak menawarkan layanan terkait crytpo kepada pelanggan.

China melarang pertukaran cryptocurrency lokal pada tahun 2017 memaksa mereka untuk pindah ke luar negeri. Itu tidak menghentikan pedagang China membeli dan menjual koin digital. Tetapi tindakan keras tahun ini dari regulator China tampaknya semakin memperketat pembatasan perdagangan dan pertambangan.

"Semua sinyal berwarna merah karena BTC (bitcoin) terus terbebani oleh larangan crypto utama China dan memburuknya kondisi ekonomi makro dari lonjakan varian covid," kata Jehan Chu, pendiri modal ventura dan perusahaan perdagangan yang berfokus pada cryptocurrency, Kenetic Capital.

Binance, pertukaran mata uang kripto terbesar di dunia, bulan lalu dilarang oleh otoritas Inggris untuk melakukan aktivitas yang diatur di negara tersebut. Regulator di Jepang, Kanada dan Thailand juga telah mengeluarkan peringatan tentang Binance.

"Secara umum kami melihat lebih banyak fokus regulasi pada kripto dan bitcoin," kata Vijay Ayyar, kepala pengembangan bisnis di bursa mata uang kripto, Luno.

Penurunan Bitcoin di bawah US$ 30.000 bisa menjadi penting, menurut Ayyar, yang mengatakan aksi jual bisa lebih rendah untuk menguji level US$ 22.000 hingga US$ 24.000.

Sejak saat itu, bitcoin dapat diperdagangkan dalam kisaran tertentu. "Saya akan melihat bitcoin antara 20-40 ribu (US$ 20.000 hingga US$ 40.000) untuk sementara waktu sekarang sebelum bullish kembali," kata Ayyar.

Chu Kinetic Capital juga melihat potensi penjualan ke depan. "Momentum pasar crypto Q1 telah terhenti dan mengancam pembalikan lebih lanjut yang berpotensi di bawah level US$ 25 ribu," kata Chu.


(roy/roy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bitcoin Meledak, Emas Tersingkir?