
Vaksin Dicampurkan, Bisa Tingkatkan Kemanjuran Lawan Covid?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah negara mulai berpikir untuk melakukan vaksinasi dengan mencampurkan jenis vaksin berbeda. Sebuah penelitian mencoba melihat efektifitas dari vaksinasi menggunakan dua jenis vaksin yang berbeda.
Sebuah penelitian dari Inggris mencoba untuk mencampurkan vaksinasi. Studi merekrut 830 relawan dan menerima salah satu dari empat kombinasi vaksinasi yakni dua dosis Pfizzer, dua AstraZeneca, dosis AstraZeneca lalu diikuti dengan Pfizer dan sebaliknya.
Para peneliti juga melakukan tes darah antibodi, tujuannya untuk menentukan bagaimana vaksin campuran ini mempengaruhi respon imun peserta, dikutip dari Healthline, Senin (12/7/2021).
Tim peneliti menemukan dua suntikan Pfizer menghasilkan tingkat antibodi terkuat. Yakni sekitar 10 kali lebih tinggi dari penerima dua dosis AstraZeneca.
Sementara penerima vaksin campur yakni Pfizer diikuti AstraZeneca menerima tingkat antibodi lima kali lebih tinggi dari yang menerima dua dosis AstraZeneca.
Sedangkan penerima vaksin AstraZeneca diikuti Pfizer, ditemukan memiliki tingkat antibodi yang setara dengan penerima dua dosis Pfizer.
Pada studi lainnya menemukan mengkombinasikan AstraZeneca dengan Pfizer masing-masing satu dosis "dapat ditoleransi degan baik dan menginduksi tingkat antibodi lebih tinggi dibandingkan hanya menerima satu dosis vaksin Oxford AstraZeneca," kata ahli vaksin Tale Medicine, Inci Yildirim.
Para peneliti juga terus mempelajari bagaimana strategi mix and match untuk vaksinasi ini.
Meski hasilnya cukup baik, namun para peneliti belum merekomendasikan penggunaan vaksin yang dicampur. Untuk saat ini, mereka tetap merekomendasikan masyarakat mendapatkan dua dosis dari jenis vaksin yang sama.
Para peneliti beralasan karena uji coba klinis menunjukkan dua dosis memberikan perlindungan melawan Covid-19 dan varian yang ada.
"Vaksin mRNA terhadap SARS-CoV-2 telah menunjukkan sangat imunogenik dalam banyak penelitian. Ini penting untuk dicatat rejim dua dosis dengan BNT, Pfizer masih jadi kelompok antibodi tertinggi dalam penelitian tersebut," ungkap Yildirim.
Sementara itu ahli penyakit menular juga mengatakan penerima vaksin Johnson&Johnson untuk menerima suntikan kedua dari vaksin platform mRNA.
"Tidak ada bukti bahwa lebih banyak infeksi pada penerima J&J," kata spesialis penyakit menular dari Universitas California San Fransisco, Monica Gandhi.
(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dimulai 12 Januari 2022, Segini Prediksi Harga Vaksin Booster