
Nah Lho! Data 700 Juta Pengguna LinkedIn Dikabarkan Bocor

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah laporan menyebutkan data 700 juta pengguna Linkedin bocor. Tak sampai di sana, data-data ini juga disiapkan untuk dijual secara online.
Jika klaim penjual benar dengan jumlah data yang bocor sebanyak 700 juta berarti itu terdiri dari 92% pengguna platform. Sebab berdasarkan situs webnya, Linkedin memiliki 756 juta pengguna.
Temuan ini berdasarkan laporan dari laman Restore Privacy. Data tersebut dijual pada 22 Juni di sebuah forum peretas populer dan juga memposting data 1 juta pengguna sebagai sampel, dikutip Rabu (30/6/2021).
Restore Privacy memeriksa sampel tersebut, dan menemukan sejumlah informasi di dalamnya. Ada 9 informasi yang terkandung di dalamnya yakni alamat email, nama lengkap, nomor telepon, alamat fisik, catatan geolokasi, nama pengguna dan URL profil Linkedidn, pengalaman atau latar belakang pribadi dan profesional, jenis kelamin, serta akun media sosial dan nama pengguna lainnya.
Berdasarkan analisis dan pemeriksaan silang data Restore Privacy dari sampel dengan informasi lain yang tersedia secara umum, nampaknya semua data asli dan terkait pengguna nyata.
Selain itu data yang ditawarkan merupakan data terbaru. Sampel yang didapatkan berasal dari tahun 2020 hingga 2021.
Dalam data yang diperiksa itu tidak ditemukan kredensial login atau bahkan data keuangan.
Pihak Restore Privacy juga menghubungi langsung pengguna yang memposting data untuk dijual itu. Menurut pengakuannya, data didapatkan dengan memanfaatkan Linkedin API untuk mengumpulkan informasi yang diupload orang ke platform.
Pengguna itu menawarkan US$5000 atau sekitar Rp72,7 juta untuk set data lengkap.
Pihak Linkedin juga sudah angkat bicara terkait kabar kebocoran data penggunanya. Dikatakan perusahaan sedang melakukan penyelidikan.
Namun berdasarkan analisa awal, menunjukkan data itu adalah informasi dari Linkedin dan sumber lain. Linkedin juga mengatakan ini bukan pelanggaran data dan ditetapkan bahwa tidak ada data pribadi pengguna yang terdampak.
"Sementara kami masih menyelidiki masalah ini, analis awal kami menunjukan bahwa kumpulan data itu mencakup informasi yang diambil dari Linkedin serta informasi yang diperoleh dari sumber lain. Ini bukan pelanggaran data Linkedin dan penyelidikan kami telah menetapkan bahwa tidak ada data pribadi anggota Linkedin yang terpapar. Pengambilan data (Scraping data) dari Linkedin merupakan pelanggaran terhadap Ketentuan Layanan kami dan kami terus berupaya untuk memastikan privasi anggota kami terlindungi," kata pihak Linkedin.
(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pendiri LinkedIn, si Kutu Loncat Startup yang Pernah Bertani