
Pipa BBM AS Diserang Hacker, Biden Perkuat Pertahanan Siber

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menandatangani perintah eksekutif pada Rabu (13/05/2021) untuk memperkuat pertahanan keamanan siber AS. Langkah ini menyikapi serangkaian serangan siber yang menyapu perusahaan swasta dan jaringan pemerintah federal selama setahun terakhir.
Tindakan tersebut dilakukan ketika Colonial Pipeline yang bergulat dengan serangan ransomware yang melumpuhkan, dan menyebabkan kekurangan bahan bakar yang meluas di sepanjang Pantai Timur. Hal ini pun mendorong pemerintah untuk melakukan tindakan.
Dilansir dari CNBC International, peretasan Colonial Pipeline hanyalah contoh terbaru dari kelompok kriminal yang mengeksploitasi kerentanan dunia maya AS. Tahun lalu, perangkat lunak dari perusahaan IT SolarWinds dibobol, dan memungkinkan peretas mendapatkan akses ke komunikasi dan data di beberapa lembaga pemerintah.
Biden memerintahkan semua pemerintah federal dan sektor swasta bersama menghadapi kampanye kejahatan siber yang terus menerus dan semakin canggih, yang mengancam keamanan AS. Perintah eksekutif ini pun mengambil sejumlah langkah untuk modernisasi keamanan siber AS, seperti mewajibkan penyedia layanan IT untuk memberi tahu pemerintah tentang pelanggaran keamanan siber yang dapat memengaruhi jaringan.
Menghilangkan hambatan kontrak tertentu yang mungkin menghentikan penyedia untuk menandai pelanggaran. Kemudian, membuat pedoman standar dan serangkaian panduan untuk tanggapan federal terhadap insiden dunia maya.
Mendorong pemerintah federal untuk melakukan peningkatan guna mengamankan layanan cloud dan infrastruktur dunia maya lainnya, serta mengamanatkan penerapan otentikasi dan enkripsi multifaktor dengan jangka waktu tertentu.
Meningkatkan keamanan perangkat lunak yang dijual kepada pemerintah, termasuk membuat pengembang IT membagikan data keamanan tertentu kepada publik. Dalam perintah eksekutif ini, Biden juga membentuk Dewan Peninjau Keamanan Siber, yang terdiri dari pejabat sektor publik dan swasta, yang dapat bergerak setelah serangan siber untuk menganalisis situasi dan membuat rekomendasi.
Berita tentang tindakan presiden muncul sekitar satu jam setelah Colonial mengumumkan telah memulai kembali operasi pipa. Meski tetap dibutuhkan beberapa hari sebelum pengiriman bahan bakar kembali normal, kata perusahaan.
"Colonial Pipeline akan memindahkan bensin, solar, dan bahan bakar jet sebanyak mungkin dan akan terus melakukannya sampai pasar kembali normal," kata pernyataan tersebut.
Sebelumnya, Gedung Putih mengatakan pada hari Selasa bahwa pihaknya mengarahkan "tanggapan federal yang komprehensif" yang bertujuan memulihkan dan mengamankan rantai pasokan energi AS sebagai tanggapan atas insiden tersebut.
Pada 7 Mei, Colonial Pipeline menghentikan operasinya dan memberi tahu agen federal bahwa mereka telah menjadi korban serangan ransomware.
Serangan tersebut, yang dilakukan oleh kelompok cyber kriminal yang dikenal sebagai DarkSide, memaksa perusahaan untuk menutup sekitar 5.500 mil pipa, yang menyebabkan gangguan hampir setengah dari pasokan bahan bakar Pantai Timur.
Serangan ransomware melibatkan malware yang mengenkripsi file di perangkat atau jaringan yang mengakibatkan sistem tidak dapat beroperasi. Penjahat di balik jenis serangan dunia maya ini biasanya menuntut uang tebusan sebagai imbalan atas rilis data.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh! Microsoft Kena Hack
