Jakarta, CNBC Indonesia- Harga mata uang kripto kembali meroket pada perdagangan Selasa kemarin, bitcoin, bahkan kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Perusahaan bursa mata uang kripto, Coinbase, yang akan go public menjadi tenaga baru bagi bitcoin untuk mencetak rekor.
Melansir data Refinitiv, bitcoin pada perdagangan Selasa menguat 5,44% le US$ 63.753,43/BTC, sementara rekor tertinggi sepanjang masa yang dicapai kemarin US$ 63.753,43/BTC.
Meski mencetak rekor tertinggi, tetapi penguatan bitcoin masih kalah dibandingkan mata uang kripto lainnya. Ethereum melesat 7,39% ke US$ 2.302,07/ETH. Sementara ripple lebih "ngeri" lagi, meroket lebih dari 32% ke US$ 1,824/XRP. Sepanjang pekan lalu, ripple juga terbang tinggi lebih dari 120%.
Sepanjang tahun ini, penguatan bitcoin juga masih kala. Bitcoin "hanya" menguat 120%, sementara ethereum 210%, dan ripple paling tinggi lebih dari 700%.
Coinbase akan melantai perdana di bursa saham Amerika Serikat (AS) pada hari Rabu (14/4/2021) waktu setempat. Valuasi Coinbase diperkirakan mencapai US$ 100 miliar.
Justin d'Anethan analis dari Equos mengatakan Coinbase yang go public jelas mendukung kenaikan harga mata uang kripto, sebab memperkuat legitimasi dan menawarkan cara baru kepada pelaku pasar untuk berinvestasi di dunia kripto, sebagiamana dilansir Business Insider, Senin (12/4/2021).
Terbukti harga bitcoin dan mata uang kripto lainnya melesat lagi kemarin, bahkan diprediksi masih akan terbang tinggi, sangat tinggi!
Bloomberg dalam "Crypto Outlook" edisi April memberikan proyeksi harga paling tinggi dibandingkan yang lainnya. Bloomberg memprediksi harga bitcoin akan mencapai US$ 400.000/BTC atau Rp 5,8 miliar per koin (kurs Rp 14.600/US$) di akhir tahun ini.
Target harga tersebut lebih tinggi dari Citibank sebesar US$ 318.000/BTC atau Rp 4,6 miliar per koin.
Melansir Nasdaq proyeksi dari Bloomberg tersebut berdasarkan perhitungan sejarah pergerakan bitcoin, yang dianalisis dengan beberapa faktor seperti likuiditas, volatilitas, serta jumlah bitcoin yang ditambang.
Analis dari Bloomberg juga mengatakan jumlah pelaku pasar yang ingin menjual bitcoin saat ini lebih rendah dari biasanya, banyak yang lebih memilih menyimpannya dalam waktu yang lama.
Maklum saja, penerimaan bitcoin kini semakin meluas. Semakin banyak investor institusional yang memasukkan bitcoin dalam porfolionya, kemudian investasi yang dilakukan perusahaan-perusahaan besar semacam Tesla hingga Visa, serta bank investasi raksasa yang memberikan layanan Wealth Management mata uang kripto. Hal tersebut tentunya membuat investor ritel semakin nyaman mempertahankan kepemilikan bitcoinnya.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Awas! Risiko Jebloknya Harga Bitcoin Juga Cukup Besar
Jika ada prediksi harga akan meroket, tentunya ada juga yang melihat risiko kemerosotan. CEO Kraken, Jesse Powell, memperingatkan kemungkinan terjadinya mata uang kripto akan mendapat "beberapa tindakan keras" yang bisa membuat harganya merosot.
Kraken merupakan bursa mata uang kripto terbesar ke-empat di dunia dilihat dari volume transaksi. Kraken sendiri sedang mempertimbangkan akan go public tahun depan, menyusul Coinbase.
Menurut Powell, pemerintah di berbagai negara kemungkinan akan mulai menekan penggunaan bitcoin dan mata uang kripto lainnya dalam waktu dekat.
Nama-nama besar di dunia finansial seperti Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, dan gubernur European Central Bank (ECB) Christine Lagarde, berulang kali menyatakan bahanyanya bitcoin. Mata uang kripto dengan nilai kapitalisasi pasar lebih dari US$ 1,1 triliun ini dikatakan kerap dijadikan sebagai alat pencucian uang, membiayai terorisme dan tindakan ilegal lainnya.
"Saya pikir akan ada tindakan keras," kata Powell sebagaimana dilansir CNBC International Senin (12/4/2021).
Powell mengatakan ketidakpastian regulasi masih akan menghantui mata uang kripto. Regulasi anti pencucian uang yang sebelumnya diajukan pemerintah menunjukkan orang-orang yang bertransaksi mata uang kripto lebih dari US$ 3.000 diwajibkan menjalani pemeriksaan identitas.
"Sesuatu semacam itu akan memukul mata uang kripto dan menghilangkan fungsi awalnya, yakni membuat jasa finansial bisa diakses oleh siapa saja," kata Powell.
China yang juga tengah mengambil langkah serius dan jangka panjang terkait kripto. Hal sama juga dilakukan India yang membuat aturan ketat, melarang cryptocurrency dan menghukum siapa saja yang memegang dan memperdagangkannya.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Analisis Teknikal Tunjukkan Potensi Bitcoin ke US$ 90.000/BTC
Secara teknikal, potensi berlanjutnya penguatan bitcoin terbuka lebar, meski belum terlihat sampai US$ 400.000/BTC. Bitcoin kini sudah melewati Fibonacci Extension 78,6% yang berada di kisaran US$ 58.500/BTC.
Fib. Extension tersebut ditarik dari level terendah 2020 US$ 5.533,5/BTC pada 13 Maret lalu, dan level tertinggi tahun ini sebelum mengalami koreksi US$ 41.998,75/BTC pada 8 Januari lalu, dan titik terakhir di level terendah setelah mengalami koreksi US$ 28.745,55/BTC pada 22 Januari 2021.
Sementara itu, indikator stochastic juga menunjukkan bitcoin berada di dekat wilayah jenuh beli (overbought).
 Grafik: Bitcoin Harian Foto: Refinitiv |
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic yang belum mencapai overbought memberikan ruang berlanjutnya kenaikan harga.
Selama bertahan di atas Fib. Extension 78,6%, bitcoin berpeluang menguat ke Fib. Extension 100% di kisaran US$ 66.900/BTC. Jika level tersebut juga dilewati, target selanjunya ke Fib. Extension 161% di US$ 90.500/BTC.
Sementara jika kembali ke bawah Fib. Extension 78,6%, bitcoin berisiko terkoreksi ke US$ 52.000/BTC.
TIM RISET CNBC INDONESIA