Pembekuan Darah Usai Divaksin AstraZeneca Muncul Lagi

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
13 April 2021 18:00
Britain's Prime Minister Boris Johnson receives the first dose of the AstraZeneca vaccine administered by nurse and Clinical Pod Lead, Lily Harrington at St. Thomas' Hospital in London, Friday, March 19, 2021. Johnson is one of several politicians across Europe, including French Prime Minister Jean Castex, getting a shot of the AstraZeneca vaccine on Friday. (AP Photo/Frank Augstein, Pool)
Foto: AP/Frank Augstein

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontroversi vaksin AstraZeneca kian berlanjut. Pada Selasa (13/4/2021), Australia mengatakan bahwa orang kedua telah didiagnosis dengan pembekuan darah setelah menerima vaksin AstraZeneca.

Minggu ini Australia membatalkan vaksinasi untuk hampir 26 juta penduduknya pada akhir tahun. Langkah ini diambil setelah regulator obat Eropa melaporkan kasus pembekuan darah, yang jarang terjadi, di antara beberapa penerima dewasa vaksin AstraZeneca.

Hal ini mendorong pejabat Australia untuk merekomendasikan mereka yang berusia di bawah 50 tahun untuk menerima vaksin Pfizer Inc daripada AstraZeneca, sehingga program vaksinasi di Negeri Kanguru menjadi berantakan.

"Kami telah mengantisipasi potensi penurunan yang signifikan (dalam jumlah vaksinasi, tetapi itu) bukan yang kami lihat pada tahap ini," Menteri Kesehatan Greg Hunt mengatakan kepada wartawan di Canberra, dikutip dari Reuters.

Sementara itu, pihak berwenang mengatakan mereka tidak memiliki rencana untuk menambahkan vaksin satu dosis Johnson & Johnson (J&J) ke program imunisasinya. Australia ingin menjauh dari pengadaan vaksin yang sedang ditinjau terkait pembekuan darah.

Vaksin Covid-19 dari J&J dan AstraZeneca menggunakan adenovirus, kelas virus flu biasa yang tidak berbahaya, untuk memasukkan protein virus corona ke dalam sel-sel di dalam tubuh dan memicu respons imun.

Kedua produk tersebut sedang dalam peninjauan oleh regulator obat Eropa setelah menemukan kemungkinan adanya pembekuan darah, meskipun dikatakan keuntungannya masih lebih besar daripada risikonya.

"Pemerintah tidak berniat untuk membeli vaksin adenovirus lebih lanjut saat ini," kata juru bicara kementerian kesehatan kepada Reuters.

Upaya imunisasi Australia sangat bergantung pada vaksin AstraZeneca, dengan rencana untuk memproduksi 50 juta dosis di negara tersebut. Perubahan kebijakan tersebut mendorong pihak berwenang untuk menggandakan pesanan Pfizer sebelumnya menjadi 40 juta suntikan.

Australia telah melaporkan nol atau rendah kasus satu digit hampir setiap hari tahun ini membantu pihak berwenang untuk meringankan pembatasan dan menempatkan ekonomi ke lintasan pemulihan yang lebih cepat.

Australia memulai vaksinasi lebih lambat daripada beberapa negara lain karena jumlah kasus Covid-19 yang rendah, mencatat lebih dari 29.400 infeksi sejak pandemi dimulai, dengan total 910 kematian sejauh ini.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dimulai 12 Januari 2022, Segini Prediksi Harga Vaksin Booster

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular