UE Minta Pembekuan Darah Masuk Efek Samping Vaksin Covid-19

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
10 April 2021 15:11
Infografis/Banyak Negara Tunda Tunda Vaksin AstraZeneca, Bagaimana Dengan Indonesia?/Aristya Rahadian
Foto: Infografis/Banyak Negara Tunda Tunda Vaksin AstraZeneca, Bagaimana Dengan Indonesia?

Jakarta, CNBC Indonesia - Permasalahan AstraZeneca yang dihubungkan dengan pembekuan darah ternyata belum juga usai. Regulator obat di Eropa menemukan kemungkinan vaksin dengan pembekuan darah yang langka pada orang dewasa dan harus jadi klasifikasi efek samping vaksin.

Otoritas obat Eropa atau EMA mendapatkan 169 laporan terkait per 4 April 2021 lalu. Laporannya terkait adanya cerebral venous sinus thrombosis (CVST) atau pembekuan darah dari otak.

Selain itu ada juga 53 kasus terkait splanchnic vein thrombosis (SVT) atau pembekuan pembuluh darah di bagian perut. Jumlah tersebut berasal dari 34 juta dosis vaksin yang diberikan untuk Inggris dan Eropa selama tiga bulan lalu, dikutip Reuters, Sabtu (10/4/2021).

Komite keamanan setempat melakukan peninjauan pada 62 kasus CVST dan 24 SVT, 18 diantaranya merupakan kasus fatal.

Sebagian besar kasus ditemukan pada wanita penerima suntikan di bawah 60 tahun. Jerman dan Inggris mengatakan penerima suntikan vaksinĀ AstraZeneca lebih banyak wanita dibandingkan pria.

Otoritas Jerman melaporkan ada 29 kasus CVST pada wanita usia 20 hingga 59 tahun yang mendapatkan suntikan vaksinĀ AstraZeneca. Pada kelompok itu mendapatkan 20 kali lebih tinggi kejadian dalam 16 hari setelah vaksinasi.

Otoritas obat Inggris mengkaji 79 kasus pembekuan darah langka. Seluruh kasus efek samping terjadi setelah dosis pertama vaksin diterima.

Jumlah itu terdiri dari 19 kematian, 13 diantaranya wanita. Sementara itu 11 orang yang meninggal berusia 50 tahun dan tiga orang dibawah 30 tahun.

Menurut EMA, kejadian ini harus terdaftar sebagai efek samping vaksin sangat langka. Tiap negara harus memutuskan kebijakan lebih lanjut terhadap program vaksinasi masing-masing.

Menurut EMA, kebijakan bisa berbeda antara satu negara dengan negara lainnya tergantung dari sejumlah faktor. Misalnya seberapa cepat infeksi menyebar dan ketersediaan vaksin.

Inggris memberikan rekomendasi untuk masyarakat berusia muda disuntikan dengan vaksin alternatif. Sementara orang tua masih menggunakan AstraZeneca dalam program vaksinasi.

Namun otoritas obat Inggris tetap mengingatkan jika vaksin memiliki manfaat yang jauh lebih besar dibandingkan resikonya. "Risiko memiliki jenis pembekuan darah khusus ini sangat kecil, ungkap lembaga itu.

Kebijakan lain datang dari Belanda yang akhirnya menghentikan penyuntikan AstraZeneca pada masyarakatnya yang berusia dibawah 60 tahun. Langkah tersebut datang setelah ditemukan lima kasus baru pada wanita berusia 25-65 tahun dan salah seorang diantaranya meninggal.

Sementara itu, Spanyol hanya memperbolehkan AstraZeneca digunakan oleh masyarakat yang berusia lanjut. Menteri Kesehatan Spanyol, Carolina Darias juga mengatakan pemerintah segera mengeluarkan pengumuman apakah akan masih memberikan vaksin kedua pada masyarakat yang telah mendapatkan suntikan pertama.

Dari jumlah kasus yang ada di Eropa, memang masih sangat sedikit. Namun Direktur Regulator Obat Spanyol, Maria Jesus Lamas mengatakan jumlah itu lebih tinggi dari perkiraan.

"Meskipun jarang terjadi efek samping, modifikasi pada petunjuk teknis masih sangat penting," kata Lamas.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular