
RI Punya Satelit Internet Cepat di 2023, Kapasitas 150 Gbps

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate mengatakan pemerintah akan selalu optimal dalam menyediakan layanan internet kepada masyarakat.
Saat ini, kata Johnny Indonesia bersama operator seluler di Indonesia telah membangun fiber optik yang panjangnya mencapai 342.239 km baik di darat dan di laut, termasuk didalamnya serat optik Palapa Ring yang mencapai 12.200 km.
Selain itu, Indonesia juga sudah membangun lapisan middle mile dengan fiber link, microwave link, dan saat ini Indonesia sudah menggunakan 9 satelit komersial, 5 satelit nasional, dan 4 satelit asing untuk mendukung kebutuhan telekomunikasi dengan kapasitas 50 gigabyte per second (Gbps)
Rencananya pada 2023, ditargetkan Indonesia juga akan memiliki satelit satria dengan kapasitas 150 Gbps.
"Kita akan membangun satu satelit besar, (Satelit) Satria-1 dengan kapasitas 150 gigabyte per second atau tiga kali lipat kapasitas 9 satelit yang kita gunakan," jelas jelas Johnny dalam Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) secara virtual, Senin (5/4/2021).
"Kita harapkan program KPBU selesai dengan baik dan pada kuartal III kuartal IV-2023 nanti kita sudah mempunyai tambahan satelit besar untuk mendukung telekomunikasi kita," ujarnya melanjutkan.
Peluncuran satelit Satria-1, dikatakan Johnny menyusul tahap pemenuhan pembiayaan (financial closing) proyek sudah dilakukan. Bahkan penetapan kontrak KPBU-nya pun sudah dilakukan.
Proyek satelit Satria-1 dilakukan melalui skema KPBU. Satelit milik pemerintah ini dikerjakan PT Satelit Nusantara Tiga (SNT), perusahaan yang dibentuk oleh pemenang tender yang terdiri dari PT Pintar Nusantara Sejahtera, PT Pasifik Satelit Nusantara, PT Dian Semesta Sentosa, dan PT Nusantara Satelit Sejahtera.
SNT selaku badan usaha swasta yang mengoperasikan satelit Satria-1, telah menggaet dua investor untuk pendanaannya yaitu BPI Finance dan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) dari China.
"Kontrak satelit Satria-1 financial close sudah selesai. Kontrak KPBU juga sudah selesai. Saat ini produksi satelit sedang berlangsung di Prancis, dan proses produksi roket sedang berlangsung di Amerika," tuturnya.
Sebagai gambaran, Satelit Satria-1 yang berjenis High Throughput Satellite (HTS) ini akan diproduksi perancang dan pabrikan asal Prancis, Thales Alenia Space. Adapun, peluncurannya, satelit Satria-1 akan menggunakan roket Falcon 9 milik SpaceX diterbangkan di Cape Canaveral, Florida, AS, pada 2023 mendatang.
Satelit Satria-1 akan dimanfaatkan pemerintah untuk penyediaan akses internet bagi 150.000 titik layanan publik yang belum tersedia akses internet dari total 501.112 titik layanan publik di Indonesia. Fasilitas internet pada 150.000 titik layanan publik tersebut terdiri dari 3.700 fasilitas kesehatan, 93.900 sekolah/pesantren, 47.900 kantor desa/kelurahan, dan 4.500 titik layanan publik lainnya.
Dengan total kapasitas transmisi sebesar 150 Gbps, setiap titik dipancarkan satelit pemerintah ini menjanjikan area tersebut akan mendapatkan kapasitas dengan kecepatan sebesar 1 Mbps.
Sebelumnya, Johnny menuturkan bahwa capital expenditure proyek ini sebesar USD 545 juta atau setara dengan Rp 7,68 triliun, yang terdiri dari porsi ekuitas sebesar USD 114 juta atau setara Rp1,61 triliun dan porsi pinjaman sebesar USD 431 juta atau sekitar Rp 6,07 triliun.
(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Program DTS 2021, Upaya Pengembangan Talenta Digital Kominfo