'Tesla China' Ini Stop Produksi Mobil Listrik 5 Hari, Kenapa?

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
26 March 2021 19:37
Bin Li, CEO start-up kendaraan listrik Cina NIO Inc., membunyikan lonceng seremonial ketika saham NIO mulai diperdagangkan di lantai New York Stock Exchange (NYSE) selama penawaran umum perdana perusahaan (IPO) di NYSE di New York, AS, 12 September 2018. REUTERS / Brendan McDermid
Foto: Bin Li, CEO start-up kendaraan listrik Cina NIO Inc., membunyikan lonceng seremonial ketika saham NIO mulai diperdagangkan di lantai New York Stock Exchange (NYSE) selama penawaran umum perdana perusahaan (IPO) di NYSE di New York, AS, 12 September 2018. REUTERS / Brendan McDermid

Jakarta, CNBC Indonesia - Dampak masalah Kelangkaan semikonduktor secara global masih berlanjut. Terbaru startup mobil listrik asal China, Nio Inc harus menutup pabriknya selama lima hari. Nio merupakan penantang Tesla di China.

Penutupan atau penghentian produksi ini akan dimulai pada Senin, 29 Maret 2021 mendatang. Penutupan dilakukan selama lima hari.

Pihak Nio Inc mengatakan dengan kebijakan itu pengiriman perusahaan akan berkurang 500 unit kendaraan pada kuartal pertama tahun ini, dikutip CNBC Internasional, Jumat (26/3/2021).

Dengan begitu pengiriman mobil listrik Nio akan menurun dari target pertama saat diungkapkan 20 ribu hingga 20.500 menjadi sekitar 19.500. Namun Nio Inc masih bisa sedikit bernapas lega, karena jumlah tersebut masih lebih banyak dibandingkan para rival nya yakni Xpeng dan Li Auto.

Kekurangan semikonduktor ini sudah terjadi selama beberapa waktu terakhir. Sebelumnya, Honda dan Volkswagen mengumumkan masalah perusahaannya terkait langkanya chip tersebut.

Baik Honda dan Volkswagen mengatakan operasional perusahaan terhambat akibat persoalan chip khususnya di wilayah Amerika Serikat.

Honda bahkan mengumumkan mulai minggu ini menghentikan produksinya sementara di pabrikan Amerika Utara. Volkswagen juga diperkirakan kehilangan 100 ribu mobil tahun ini, CEO Herbert Diess menyebutkan perusahaan mungkin juga sulit kembali pulih pada paruh kedua nanti.

Keduanya juga harus menghadapi masalah lain selain kelangkaan chip. Yakni mulai dari Covid-19, musim dingin parah hingga operasional yang terkena dampak dari gempa Jepang beberapa waktu lalu.

Jika ini terus terjadi, prediksi sejumlah pihak bisa mengarah pada kiamat chip atau chipaggedon. Hal tersebut dimulai karena Covid-19 memaksa sejumlah pabrikan di China tutup termasuk dari semikonduktor.

Di saat bersamaan, lockdown di sejumlah negara mengakibatkan banyak masyarakat dunia menghabiskan waktu di rumah dan ketergantungan pada perangkat elektronik. Ini membuat permintaan atas perangkat elektronik meningkat dan berdampak stok chip di gudang produsen habis.

Selain itu ada juga oknum yang menimbun chip untuk produknya sendiri. Dampaknya pasokan chip semakin lama semakin mengetat saat permintaan naik drastis.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mobil Listrik Lagi Booming, Siapa Penguasanya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular