
Kisah Astra Pilih 'Jalan Pintas' Listing di Wall Street

Jakarta, CNBC Indonesia - Startup pembuat roket, Astra berencana bersiap untuk mencatatkan saham perdana (IPO) di Bursa saham Amerika Serikat (AS) pada kuartal II-2021. Cara yang diambil tak biasa, dengan mengakuisisi perusahaan cek kosong atau SPAC.
Jadi Astra akan IPO setelah perusahaan merger dengan perusahaan SPAC bernama Holicity dan berharap dapat memiliki modal sebesar US$500 juta. Jumlah itu termasuk pada pendanaan US$300 juta sebelumnya sebelum melakukan merger dengan Holicity.
Penggabungan atau merger dengan perusahaan cek kosong ini diperkirakan membuat valuasi perusahaan menjadi US$2,1 miliar. Rencananya Astra akan IPO di Nasdaq dengan simbol ASTR saat kesepakatan ditutup, dikutip CNBC internasional, Rabu (22/2/2021).
Di Indonesia SPAC belum jamak, namun di AS sudah mulai diterima dengan baik. Banyak perusahaan startup kini mempertimbangkan IPO menggunakan jasa SPAC. Alasannya lebih cepat dari jalur biasa. Biasanya hanya butuh waktu 2-3 bulan saja. Sementara jalur biasa bisa sampai 6 bulan lebih.
SPAC berisi sekelompok investor untuk mengumpulkan dana untuk perusahaan cangkang (shell company) yang tidak memiliki bisnis yang jelas. Perusahaan cek kosong ini kemudian IPO biasa mematok harga US$10 per lembar saham dan kemudian mulai mencari perusahaan untuk diakuisisi.
Saat sudah dapat apa yang diincar dan mencapai kesepakatan, SPAC dan perusahaan menarik investor lain yang dikenal sebagai PIPE atau investasi swasta dalam ekuitas publik. Uang dari PIPE nantinya masuk ke neraca perusahaan untuk ditukar dengan saham perusahaan.
Sementara itu investor SPAC akan mendapatkan saham dari perusahaan yang diakuisisi, lalu menjadi entitas yang diperdagangkan secara publik atau disebut de-SPAC.
Keunggulan model ini adalah SPAC memungkinkan perusahaan untuk memberikan proyeksi masa depan, hal yang tidak dilakukan perusahaan dalam prospektus IPO karena risiko liability.
Astra sendiri bukan perusahaan di bidang ruang angkasa pertama yang melakukan merger dengan SPAC. Beberapa bulan terakhir terdapat perusahaan serupa yang melakukan merger bersama perusahaan cek kosong itu. Beberapa perusahaan itu adalah BlackSky, AST & Science dan Momentus.
Selain itu IPO perusahaan di industri ruang angkasa setelah merger dengan SPAC juga telah ada sebelumnya. Perusahaan pesawat ruang angkasa, Virgin Galactic telah IPO pada 2019. Sebagai informasi perusahaan milik Richard Branson itu telah melakukan merger dengan perusahaan SPAC, Chamath Palihapitiya.
CEO Astra, Chris Kemp mengatakan jika perusahaannya sedang membangun platform di ruang angkasa. Dia menyamakan caranya seperti yang dilakukan Amazon beberapa waktu lalu.
"Kami benar-benar mencoba untuk memecahkan masalah yang dimiliki konsumen, yakni ingin menaruh barang ke ruang angkasa," kata Chris.
Roket Astra diklaim dapat membawa muatan hingga 100 kilogram ke orbit rendah Bumi. Peluncuran itu dihargai senilai US$2,5 juta untuk peluncuran khusus.
Menurut Chris kemungkinan harga itu akan turun saat Astra melakukan peluncuran mingguan mulai tahun 2023 mendatang. Dia mengatakan pendanaan operasional akan didanai hingga 2025 mendatang.
"Rencananya akan didanai penuh hingga 2025 untuk melakukan pengiriman ke ruang angkasa setiap harinya," kata dia.
(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Startup Mulai Incar IPO, Kesulitan Himpun Dana Investor?
