Diteliti Sejak 2008, Ini Cerita Lengkap Penemuan GeNose C-19

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
19 February 2021 17:20
Para penumpang kereta api jarak jauh mengikuti pengambilan sempel nafas GeNose C19 di Stasiun Pasar Senen, Jakarta (4/2/2021). Calon penumpang diminta untuk mengambil nafas melalui hidung dan membuangnya melalui mulut sebanyak tiga kali. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Pemeriksaan GeNose C19 di Stasiun Pasar Senen (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perjalanan GeNose menjadi alat screening yang kini sudah mulai dikenal oleh masyarakat ternyata melalui perjalanan panjang, bahkan sebelum 2010.

Kala itu, GeNose inventor datang dari Universitas Gajah Mada. Awalnya, alat tersebut digunakan untuk pendekatan hembusan nafas apakah seseorang terkena TBC atau tidak.

"Awalnya itu sekitar 2008-2010. Perjalanan ini butuh waktu lama. Sampai ketika hampir sampai ujung, 2020 ada covid-19," ujar Menristek/Kepala BRIN, Bambang Brodjonegoro saat Hybrid Launching: GeNose C-19 Inovasi Indonesia untuk Pariwisata Indonesia secara virtual di Jakarta, Jumat (19/2/2021).

Dari sini, Covid-19 dilihat sebagai penyakit yang terkait dengan saluran nafas. Artificial Intelligence (AI) yang awalnya dibangun untuk diagnosa TBC dialihkan untuk Covid-19. Pada September, Bambang mengaku dihubungi oleh tim UGM, berbicara bagaimana jika GeNose diperkenalkan ke masyarakat.

"Saran kami dua. Pertama harus ada ijin Kemenkes dan kami menyarankan agar fungsi GeNose ini ada uji validasi," terangnya.

Menurutnya, jika ingin menjadikan GeNose sebagai alat screening, harus menyatukan akurasinya dengan PCR Test yang menjadi standar WHO. Sebab, berdasarkan standar WHO, yang digunakan adalah PCR Test, menjadi penentu dalam angka statistik yang sehari-hari sebagai acuan data.

GeNose sebagai alat screening harus ada kesamaan persentase akurasi dari PCR Test yang jamak dilakukan dan sudah menjadi gold standar WHO. Sejak itu, UGM merancang validasi melibatkan 2 ribuan sampel. Satu sisi diminta hembuskan nafas dengan GeNose dan juga diambil swab.

"Uji tahap pertama di RS di Jogja, tahap kedua di beberapa RS di Jawa. Akurasi 95-97%. Artinya ada yang meleset, tapi minoritas atau kecil. Dengan dasar itu, mereka dapat izin edar pada 24 Desember 2020 dari Kemenkes," jelasnya.

Sebagai informasi, Hari ini diresmikan GeNose C-19 untuk pariwisata Indonesia. Dengan adanya GeNose C-19 ini diharapkan mampu mendongkrak perekonomian, salah satunya adalah sektor pariwisata.

"Tujuan GeNose screening, mencegah orang positif ada diantara kita. Pelan-pelan kegiatan pariwisata bergerak," pungkasnya.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mencoba GeNose C19, Alat Deteksi Covid-19 Buatan UGM

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular