
Wah! Ford Berinvestasi Rp 407 T Buat Mobil Listrik 'Hantu'

Jakarta, CNBC Indonesia - Ford Berencana untuk melakukan investasi besar-besaran pada kendaraan listrik dan otonom. Jumlahnya mencapai US$29 miliar atau Rp407,7 triliun hingga tahun 2025 nanti.
Uang itu secara rinci akan dibagi ke US$7 miliar (Rp98,4 triliun) untuk kendaraan self-driving dan US$22 miliar (Rp309,2 triliun) pada mobil listrik. Jumlah juga naik cukup signifikan dari US$11,5 miliar hingga tahun depan.
Perusahaan menuturkan jika semua rencana sebagian besar mengenai kendaraan listrik. Namun Ford juga memiliki model hybrid dan plug-in hybrid yang memiliki mesin pembakaran internal tradisional.
"Transformasi Ford sedang terjadi dan kepemimpinan kami pada revolusi EV dan pengembangan mengemudi otonom," ujar CEO Ford, Jim Farley dikutip CNBC Internasional, Jumat (5/2/2021).
Sementara untuk tahun 2021, CFO Ford, John Lawler menyatakan perusahaan memperkirakan pendapatannya mencapai antara US$8 miliar hingga US$9 miliar (Rp112,4 hingga Rp126,5 miliar) dalam laba sebelum pajak. Ini menghasilkan antara US$3,5 miliar dan US$4,5 (Rp49,2 hingga Rp63,2 miliar) arus free cash flow.
Pendapatan ini tidak memperhitungkan kesulitan yang dialami global akibat kekurangan chip semikonduktor. Lawler mengatakan hal ini bisa menurunkan pendapatan Ford sekitar US$1 miliar hingga US$2,5 miliar (Rp14 hingga Rp35,1 miliar)tahun ini.
Dia mengungkapkan situasi mengenai semikonduktor memang masih berubah, jadi agak terlalu dini untuk menghitung dampaknya pada performa perusahaan setahun ke depan.
"Sekarang, estimasi dari pemasok dapat kehilangan 10% hingga 20% dari rencana produksi kuartal pertama kami," kata dia.
Ford memang baru saja memangkas rencana jumlah produksi di pabrik Michigan dan Missouri mulai minggu depan akibat kekurangan chip semikonduktor secara global. Padahal kedua tempat itu memproduksi truk F-150 yang sangat menguntungkan.
Produsen mobil serta pemasok suku cadang kendaraan memang telah mengingatkan soal kekurangan semikonduktor sejak akhir tahun lalu. Ini terjadi setelah permintaan kendaraan kembali menguat dari yang diperkirakan setelah dua bulan penutupan pabrik produksi akibat pandemi.
(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saingi Tencent, 'Google China' Mau Bikin Mobil Listrik
