
Round Up Terpopuler Sepekan
Kebijakan WhatsApp Bikin Heboh, Main-main dengan Privasi!
Roy F, CNBC Indonesia
23 January 2021 09:20

Di Turki, Kepala Kantor Transformasi Digital Ali Taha Koc mengimbau warganya untuk meninggalkan aplikasi WhatsApp. Ini sebagai respons terhadap kebijakan privasi baru aplikasi chatting milik Facebook ini.
"Perbedaan antara negara UE dan lainnya dalam hal privasi data tidak dapat diterima! Seperti yang telah kami kutip dalam Pedoman Keamanan Informasi dan Komunikasi, aplikasi asal asing menanggung risiko signifikan terkait keamanan data," ujar Taha Ali seperti dikutip dari Aljazeera, Senin (11/1/2021).
Usai menulis hal ini di twitter pribadinya media sosial Turki muncul tagar #deletewhatsApp. Jumlah download aplikasi chatting lokal Turki pun melonjak cukup signifikan.
Hal ini diungkapkannya dalam akun microblog Telegram pribadinya, yang dipublikasikan tanggal 9 Januari 2021 dan dikutip CNBC Indonesia Senin (11/1/2021).
Dalam tulisan tersebut Pavel Durov mengatakan ia telah mendengar Facebook memiliki sebuah departemen khusus untuk mencari tahun kenapa Telegram menjadi populer. Departemen ini memiliki lusinan karyawan tetap.
Pavel Durov mengungkapkan jutaan orang marah dengan perubahan kebijakan privasi baru WhatsApp, di mana pengguna harus memasukkan semua data pribadi mereka ke mesin iklan Facebook.
"Tidak mengherankan jika pengguna beralih dari WhatsApp ke Telegram, yang sudah berlangsung beberapa tahun, kini semakin cepat," terangnya. Saat ini pengguna Telegram sudah tembus 500 juta pengguna. Adapun pengguna WhatsApp 2 miliar lebih.
"Saya dengan senang hati memberitahukan rahasia kami secara gratis kepada Facebook guna menghemat puluhan juta dolar: hormati pengguna Anda," tulis Pavel Durov.
Halaman Selanjutnya >> Buka-bukaan Bos WhatsApp
(dru)
Next Page
Buka-bukaan Bos WhatsApp
Pages
Most Popular