
Menkes Ungkap Alasan RI Pakai Vaksin Sinovac Buat Vaksinasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan dalam daftar vaksin yang ada di Kementerian Kesehatan ada 7 produsen yang akan digunakan Indonesia, yakni dari Bio Farma, Sinovac, AstraZeneca, Novavax, Pfizer, Moderna dan Sinopharm. Namun dalam perjalanannya ada 4 vaksin yang dipilih oleh pemerintah, dan ada juga yang melalui COVAX/GAVI.
"Dua vaksin yang tidak melalui Bio Farma, jadi yang melalui GAVI tidak melalui Biofarma dan Pfizer juga masih diskusi apakah akan dilakukan melalui Bio Farma atau tidak mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa difinalisasi," kata Budi di Komisi IX DPR RI, Kamis (14/01/2021).
Dia juga mengungkapkan alasan pemerintah memilih Sinovac sebagai vaksin perdana yang disuntikan di Indonesia. Kriteria pemilihan Sinovac karena sudah lulus WHO dan disetujui oleh BPOM, selain itu perusahaan farmasi asal China ini yang satu-satunya mau bekerja sama dengan Bio Farma untuk bisa membuat produk final Indonesia.
Untuk batas usia vaksin Sinovac, batas usia vaksin saat ini masih 18-59 tahun sesuai dengan uji klinis tahap 3 yang dilakukan di Bandung, Jawa Barat. Sinovac juga melakukan uji klinis pada kelompok usia di atas 60 tahun di Brazil.
"Demikian juga vaksin lain kaya Pfizer dan AstraZeneca juga bisa diberikan untuk usia di atas 60 tahun. Kemudian untuk di bawah 18 tahun untuk anak-anak belum ada uji klinisnya. Baru mulai diatas 16 tahun, uji klinis usia dibawah 16 tahun AstraZeneca dan Sinovac tahapnya masih sangat dini," kata Budi.
Dalam kesempatan yang sama Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir mengatakan alasan mengapa bekerja sama dengan Sinovac, salah satunya karena perusahaan asal China ini menjadi salah satu yang cepat merespon. Pada kondisi darurat ini kebutuhan akan jauh lebih banyak dibandingkan suplai, untuk itu dibutuhkan kepastian untuk mengamankan pasokan vaksin.
"Komunikasi tercepat dengan Sinovac karena sebelumnya ada kerja sama pembuatan vaksin HIV. Jadi komunikasi sudah bagus dengan mereka, dengan kecepatan diskusi kami mendapatkan kepastian dari mereka untuk suplai itulah yang kami lakukan dan alasan mengapa Sinovac yang pertama," kata Honesti.
Pada 30 Desember 2020, juga telah dilakukan agreement dengan Novavax dan Astrazeneca, sementara untuk Pfizer masih dalam tahap diskusi. Honesti mengungkapkan tidak ada satupun produsen vaksin yang mampu suplai indonesia sendirian.
"Kami memastikan produk yang diedarkan di Indonesia baik dari uji dan dapat sertifikasi BPOM," katanya.
Sebelumnya Budi Gunadi juga mengatakan Jakarta, berbagai negara tengah berlomba untuk melakukan vaksinasi Covid-19 dalam upaya menghadapi pandemi ini. WHO pun menargetkan 70% dari populasi di dunia atau 5,5 miliar orang dapat mendapatkan vaksin sehingga dibutuhkan sekitar 11 miliar dosis vaksin.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan Indonesia pun rebutan dengan negara besar lainnya. Umumnya negara maju sudah ada yang mengamankan vaksin hingga 4-5 kali populasi. Sementara Indonesia saat ini sudah ada kontrak pasti untuk 270 juta dosis, dari kebutuhan 426 juta dosis . Kemudian pemerintah pun tengah melakukan finalisasi dengan Pfizer-Biontech agar bisa melengkapi 329 juta dosis.
"Dengan begitu kita memiliki opsi, karena angka dari COVAX/GAVI angkanya belum pasti dan bisa bergeser, padahal ini vaksin gratis. Kalau bisa mendapatkan semaksimal mungkin dari COVAX/GAVI kita akan mengurangi kontrak dari yg berbayar, tapi kalau tidak dapat kita akan ambil yang berbayar," kata Budi.
Untuk COVAX/GAVI angkanya 54 juta dan ada potensi dapat dinaikan sampai 108 juta dosis, namun masih dapat berubah. Dengan begitu, total kontrak dan potensi yang ada saat ini 663 juta dosis dari kebutuhan 426 juta oleh seluruh rakyat. Sebagai rinciannya, Sinovac sebanyak 3 juta dosis vaksin jadi dan 122,5 juta dalam bentuk bulk, kemudian Novavax 50 juta dosis dengan potensi 80 juta dosis.
AstraZeneca 50 juta dan potensinya bisa 50 juta. Terakhir, Pfizer yang masih dalam tahap finalisasi Agreement sebanyak 50 juta dosis dan potensinya 50 juta dosis.
Dia menambahkan saat ini fasilitas produksi vaksin di dunia hanya bisa 6,2 miliar dosis dan masih kekurangan untuk memenuhi kebutuhan yang dipatok WHO. Dari perhitungan awal bersama WHO, dibutuhkan waktu 3-3,5 tahun utk vaksinasi, dan akan dipercepat oleh pemerintah.
(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penjelasan dr Reisa Bagi Anda yang Nggak Percaya Vaksin!
