Bitcoin to The Moon! Awas, Hal Ini Bisa Buat Crash Lagi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 January 2021 19:55
Harga Bitcoin anjlok
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga bitcoin masih terus meroket dan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di awal tahun 2021. Banyak analis bahkan beberapa bank investasi ternama memprediksi harga bitcoin akan terus meroket dan akan menjadi emas digital. Tetapi, ada juga yang memprediksi mata uang digital ini akan kembali mengalami crash.

Melansir data Refinitiv, pada pukul 18:42 WIB, bitcoin dibanderol US$ 37.480/BTC, menguat 4,35%, setelah sebelumnya menyentuh level US$ 37.865,06/BTC yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa. Rekor sebelumnya US$ 36.595,34/BTC dibukukan Rabu kemarin, dan dengan mudah berhasil dilewati hari ini.

Dalam 7 hari pertama 2021, bitcoin sudah melesat lebih dari 30%, sementara sepanjang 2020 meroket lebih dari 300%.

Ada beberapa faktor yang membuat bitcoin meroket sejak 2020. Yang paling utama tentunya mulai masuknya institusional investor ke bitcoin. Hal tersebut memberikan efek psikologis ke pasar jika bitcoin bukan lagi merupakan barang spekulasi semata.

Selain itu, banyak yang menganggap bitcoin sebagai emas digital, sehingga pergerakannya mengikuti emas, meski kenaikannya berkali lipat lebih besar. 

Jika statusnya sebagai emas digital tersebut diakui oleh banyak pihak, bank JP Morgan, memprediksi harga bitcoin akan meroket hingga ke US$ 146.000/BTC.

"Kompetisi antara bitcoin dan emas sudah dimulai dalam pandangan kami," kata ahli strategi JP Morgan dalam sebuah catatan, sebagaimana dikutip Reuters, Selasa (5/1/2020).

Ahli strategi tersebut melihat belakangan ini terjadi outflow dari pasar emas sekitar US$ 7 miliar dan terjadi inflow lebih dari US$ 3 miliar di Grayscale Bitcoin Trust.

Bitcoin juga dipandang akan jauh lebih bersinar ketimbang emas, sebab millennial akan berperan penting dalam investasi di masa yang akan datang. Saat ini millennial lebih memilih emas digital ketimbang emas batangan.

Hasil survei deVere Group, perusahaan financial advisory independen dan fintech, terhadap 700 lebih millennial di berbagai negara, sebanyak 67% menyatakan mereka memilih bitcoin sebagai aset safe haven ketimbang emas.

Millennial akan menjadi kunci penting bagi masa depan bitcoin, sebab berdasarkan hasil survei DeVere, akan ada transfer kekayaan antar generasi yang besar. Berdasarkan estimasi, transfer kekayaan tersebut mencapai US$ 60 triliun dari generasi baby boomers ke millennial.

JP Morgan dalam catatannya menyebutkan agar bitcoin mampu melesat ke US$ 146.000/BTC, maka volatilitas yang tinggi harus menurun terlebih dahulu. Bitcoin merupakan aset yang bergerak sangat liar.

Sebelum tahun ini, dan tahun 2020 lalu, rekor tertinggi bitcoin sebelumnya dicapai pada tahun 2017, tetapi setahun berselang nilainya sudah ambrol nyaris 80%.

Risiko yang sama juga masih belum lepas dari pergerakan bitcoin saat ini, apalagi dengan kenaikannya yang begitu masif sejak tahun lalu. Salah satu faktor yang dikatakan bisa membuat bitcoin kembali mengalami crash adalah regulasi.

Senada dengan JP Morgan, analis pasar OANDA Edward Moya, melihat ada transfer investasi yang besar terjadi dari emas ke bitcoin di bulan Desember 2020 lalu yang membuat harga bitcoin melesat. Meski demikian, menurut Moya bitcoin masih akan menghadapi banyak ketidakpastian ke depannya, salah satunya mengenai regulasi.

"Saat bank sentral mulai mempertimbangkan bagaimana mereka akan memperkenalkan koin digital mereka, anda akan banyak melihat regulasi yang ketat, dan bisa memicu kepanikan para investor institusional. Mereka akan dengan senang hati 'mengendarai' momentum penurunan bitcoin, dan saat itu terjadi maka pernyataan bitcoin merupakan aset safe haven akan hilang," kata Moya.

Sementara itu Melten Demirors, kepala strategi di CoinShares, mengatakan pemerintahan baru di Amerika Serikat (AS) di bawah Joseph 'Joe' Biden dari Partai Demokrat, berisiko memberikan dampak yang besar di mata uang digital.

"Secara umum, saya pikir kita akan mendapat tantangan dari Partai Demokrat, mereka menyukai lebih banyak regulasi, dan lebih banyak pengawasan," kata Demirors, sebagaimana dilansir Bloomberg, Minggu (27/12/2020).

Banyak analis juga mengungkapkan hal senada dengan Demirors, banyak analis mengatakan akan ada lebih banyak regulasi dan pengawasan terhadap bitcoin dan mata uang digital lainnya di masa pemerintahan Joe Biden.

Meski demikian, semua tergantung siapa yang akan dipilih menduduki posisi penting. Janet Yellen misalnya, mantan ketua bank sentral AS ini dinominasikan menjadi Menteri Keuangan di Pemerintahan Biden. Yellen dalam beberapa tahun terakhir sering kali memperingatkan investor terkait bitcoin, ia mengatakannya sebagai "aset yang sangat spekulatif" dan "bukan aset penyimpan nilai yang stabil".

Guy Hirsch, direktur pelaksana di eToro, platform trading online untuk AS, mengatakan Yellen terkenal sebagai orang yang anti mata uang digital, dan kejelasan dan kepastian regulasi akan menjadi paling penting.

"Tanpa mengetahui seberapa jauh pemerintah akan mengatur mata uang digital, sulit bagi pasar untuk terus tumbuh seperti saat ini, terutama jika yang ditakutkan, regulasi bertujuan mengekang inovasi bukan mendorongnya agar diterima," kata Hirsch, sebagaimana dilansir Bloomberg.

"Sekali lagi, kejelasan regulasi akan menjadi pemain utama," tegasnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular