Bitcoin Sepekan

Ramai-ramai Investor Lirik Bitcoin, Cuannya Menggirukan?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 December 2020 11:45
bitcoin
Foto: Bitcoin (REUTERS/Benoit Tessier)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga Bitcoin terus mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah di pekan ini. Rekor tertinggi yang berhasil dicapai di US$ 23.774,4/BTC pada hari Kamis (17/12/2020) lalu, sebelum mengakhiri perdagangan di level US$ 22.787,21/BTC.

Sementara itu, pada Jumat kemarin, bitcoin mengakhiri perdagangan di level US$ 22.900,5/BTC yang merupakan rekor penutupan tertinggi sepanjang sejarah. Sepanjang tahun ini, hingga penutupan perdagangan kemarin, bitcoin sudah meroket 220%.

Meski sedang terus menanjak, tentunya banyak yang masih teringat dengan pergerakannya pada 2017 lalu. Pada Desember 2017 lalu, bitcoin mencetak rekor tertinggi sepanjang masa US$ 19.458,19/BTC, tetapi malah ambrol nyaris 80% setahun berselang.

Melihat pergerakan tersebut, dan volatilitasnya yang sangat tinggi, artinya naik turun yang besar bisa terjadi dalam waktu singkat, tentunya membuat bitcoin dianggap sebagai "barang" spekulasi semata.

Menurut CEO Galaxy Digital, Mike Novogratz, kenaikan bitcoin kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2017 misalnya, saat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa, kemudian malah ambrol nyaris 80% setahun berselang.

Menurut Novogratz saat itu penguatan bitcoin dipicu aksi spekulatif dari investor ritel, sementara saat ini investor institusional mulai masuk ke bitcoin.

"Anda tidak bisa membeli bitcoin di Citibank atau Bank of Amerika, tetapi ahli strategi mereka membicarakan tentang ini. Kita melihat institusi mulai membeli bitcoin, kita melihat investor kaya raya membeli ini, dan diluar negeri mulai diadopsi oleh institusi," kata Novogratz sebagaimana dilansir CNBC International.

Larry Fink, CEO BlackRock, perusahaan asset management terbesar di dunia, pada Oktober 2017 lalu mengatakan bitcoin adalah "indeks pencucian uang".

Namun, pendapat Fink kini berubah, ia kini mengatakan bitcoin bisa berevolusi menjadi "pasar global" karena berhasil menarik "perhatian dan imajenasi" pada millennial.

Millennial memang menjadi investor utama bitcoin saat ini, dan hal tersebut menjadi kunci akan masa depan bitcoin. Sebab ke depannya, pasar keuangan global akan didominasi oleh kaum millennial.

Hasil survei dari JP Morgan menunjukkan, millennial lebih memilih bitcoin ketimbang emas.

"Dua kelompok menunjukkan perbedaan dalam preferensi untuk mata uang 'alternatif'. Kelompok yang lebih tua memilih emas, sementara kelompok muda memilih bitcoin," kata analis JP Morgan yang dipimpin Nikolaos Panigirtzoglou dalam sebuah catatan yang dikutip Kitco, Selasa (18/8/2020).

Sementara itu hasil survei, deVere Group, perusahaan financial advisory independen dan fintech, terhadap 700 lebih millennial di berbagai negara, sebanyak 67% menyatakan mereka memilih bitcoin sebagai aset safe haven ketimbang emas.

Millennial akan menjadi kunci penting bagi masa depan bitcoin, sebab berdasarkan hasil survei DeVere, akan ada transfer kekayaan antar generasi yang besar. Berdasarkan estimasi, transfer kekayaan tersebut mencapai US$ 60 triliun dari generasi baby boomers ke millennial.

Artinya, dengan millennial lebih memilih bitcoin sebagai safe haven ketimbang emas, ketika transfer kekayaan terjadi tentunya investasi ke bitcoin kemungkinan akan lebih besar lagi. Bahkan tidak menutup kemungkinan bitcoin akan benar-benar menggeser posisi emas.

Rick Rider, Chief Investment Officer Blackrock, dalam acara Squawk Box CNBC International Jumat (20/11/2020) mengatakan bitcoin "akan diterima" sebab banyak millennial yang menggunakannya.

Saya pikir mata uang kripto akan diterima. Saya pikir itu akan tahan lama, dan anda sudah lihat bank sentral sudah membicarakan mata uang digital," kata Rider.

"Saya pikir mata uang digital dan penerimaan (di kalangan millennial) teknologinya serta mata uang kripto adalah nyata. Pembayaran digital adalah nyata, jadi saya pikir bitcoin akan diterima," tambahnya.

Rider bahkan mengatakan suatu saat nanti bitcoin bisa menggantikan emas secara luas.

"Apakah saya berfikir mekanisme bitcoin dapat menggantikan emas secara luas? Ya, saya berfikir demikian, karena mekanisme ini lebih fungsional ketimbang mentransfer emas batangan," katanya.

Selain BlackRock dan JP Morgan, banyak investor institusional yang mulai berinvestasi di bitcoin. Hal ini menjadi kabar bagus, sebab volatilitas tinggi bitcoin perlahan akan menurun. Investor institusional cenderung menahan investasinya dalam jangka panjang, berbeda dengan investor ritel yang dalam jangka pendek.

Investor-investor kawakan, seperti Paul Tudor Jones, dan Stanley Druckenmillier juga mulai berinvetsasi di bitcoin.

Dalam acara "Squak Box" CNBC International pada bulan Mei lalu, Jones mengatakan bitcoin merupakan "spekulasi yang sangat bagus", dan ada sekitar 2% bitcoin dalam portofolio investasinya.

"Lebih dari 1% aset saya saat ini adalah bitcon, mungkin hampir 2%, dan itu terlihat sebagai angka yang tepat untuk saat ini," kata Jones sebagaimana dilansir CNBC International.

Bagi investor pada umumnya, investasi Jones di bitcoin menjadi sesuatu yang tidak biasa. Tetapi menurut Jones, bitcoin lebih baik ketimbang uang tunai, seperti dolar Amerika Serikat (AS).

"Jika anda memegang uang tunai, ada tahu bank sentral memiliki tujuan mendepresiasi nilai tukar sebesar 2% per tahun. Jadi pada dasarnya memegang uang tunai sama dengan membuat aset anda dengan percuma," katanya.

Kemudian Stanley Druckenmillier, melihat inflasi di AS akan terus naik dalam 5 sampai 6 tahun ke depan akibat stimulus moneter dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), dan ia menyukai emas dan bitcoin sebagai lindung nilai terhadap risiko kenaikan inflasi.

Bitcoin memang digadang-dagang menjadi emas digital, sehingga bisa menjadi lindung nilai terhadap inflasi seperti layaknya emas.

Melansir Forbes, Xolali Zigah founder dan chairman Cash Angel, pada bulan Mei lalu menyebutkan agar bitcoin bisa disebut sebagai "emas digital" harus juga memiliki atribut seperti emas yang selama ini dianggap sebagai aset aman (safe haven), kecuali aset berwujud tentunya.

Artribut utama, yakni kelangkaan, baik emas dan bitcoin memiliki supply yang terbatas.

Kemudian ada 3 atribut lainnya. Yang pertama, sebagai alat pembayaran. Emas maupun bitcoin bisa digunakan sebagai alat pembayaran, keduanya bisa ditukarkan dengan barang maupun jasa.

Yang kedua, unit akun, dimana kedua aset ini bisa dipecah-pecah menjadi ukuran lebih kecil. Emas bisa dipecah menjadi setengah ons, seperempat ons, atau dalam gram. Sementara bitcoin bisa dibagi menjadi 1 satoshi, yang merupakan 1/100.000.000 bitcoin.

Yang ketiga, sebagai penyimpan nilai (store of value), yang dikatakan masih menjadi perdebatan apakah bitcoin memilikinya atau tidak. Store of value biasanya menunjukkan aset yang akan diburu saat terjadi gejolak perekonomian karena memiliki nilai intrinsik.

Zigah menyatakan, banyak investor yang skeptis menyatakan bitcoin tidak memiliki nilai intrinsik karena merupakan aset tidak berwujud. Tapi menurut Zigah, nilai intrinsik tidak selalu harus berwujud, bisa juga dilihat dari sisi keamanan yang diberikan.

Ia menyatakan dalam beberapa bulan atau tahun ke depan, akan diketahui apakah bitcoin benar menjadi emas digital atau tidak. Zigah menyakini bitcoin akan menunjukkan sebagai aset store of value.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular