
Ramai-ramai Investor Lirik Bitcoin, Cuannya Menggirukan?

Selain BlackRock dan JP Morgan, banyak investor institusional yang mulai berinvestasi di bitcoin. Hal ini menjadi kabar bagus, sebab volatilitas tinggi bitcoin perlahan akan menurun. Investor institusional cenderung menahan investasinya dalam jangka panjang, berbeda dengan investor ritel yang dalam jangka pendek.
Investor-investor kawakan, seperti Paul Tudor Jones, dan Stanley Druckenmillier juga mulai berinvetsasi di bitcoin.
Dalam acara "Squak Box" CNBC International pada bulan Mei lalu, Jones mengatakan bitcoin merupakan "spekulasi yang sangat bagus", dan ada sekitar 2% bitcoin dalam portofolio investasinya.
"Lebih dari 1% aset saya saat ini adalah bitcon, mungkin hampir 2%, dan itu terlihat sebagai angka yang tepat untuk saat ini," kata Jones sebagaimana dilansir CNBC International.
Bagi investor pada umumnya, investasi Jones di bitcoin menjadi sesuatu yang tidak biasa. Tetapi menurut Jones, bitcoin lebih baik ketimbang uang tunai, seperti dolar Amerika Serikat (AS).
"Jika anda memegang uang tunai, ada tahu bank sentral memiliki tujuan mendepresiasi nilai tukar sebesar 2% per tahun. Jadi pada dasarnya memegang uang tunai sama dengan membuat aset anda dengan percuma," katanya.
Kemudian Stanley Druckenmillier, melihat inflasi di AS akan terus naik dalam 5 sampai 6 tahun ke depan akibat stimulus moneter dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), dan ia menyukai emas dan bitcoin sebagai lindung nilai terhadap risiko kenaikan inflasi.
Bitcoin memang digadang-dagang menjadi emas digital, sehingga bisa menjadi lindung nilai terhadap inflasi seperti layaknya emas.
Melansir Forbes, Xolali Zigah founder dan chairman Cash Angel, pada bulan Mei lalu menyebutkan agar bitcoin bisa disebut sebagai "emas digital" harus juga memiliki atribut seperti emas yang selama ini dianggap sebagai aset aman (safe haven), kecuali aset berwujud tentunya.
Artribut utama, yakni kelangkaan, baik emas dan bitcoin memiliki supply yang terbatas.
Kemudian ada 3 atribut lainnya. Yang pertama, sebagai alat pembayaran. Emas maupun bitcoin bisa digunakan sebagai alat pembayaran, keduanya bisa ditukarkan dengan barang maupun jasa.
Yang kedua, unit akun, dimana kedua aset ini bisa dipecah-pecah menjadi ukuran lebih kecil. Emas bisa dipecah menjadi setengah ons, seperempat ons, atau dalam gram. Sementara bitcoin bisa dibagi menjadi 1 satoshi, yang merupakan 1/100.000.000 bitcoin.
Yang ketiga, sebagai penyimpan nilai (store of value), yang dikatakan masih menjadi perdebatan apakah bitcoin memilikinya atau tidak. Store of value biasanya menunjukkan aset yang akan diburu saat terjadi gejolak perekonomian karena memiliki nilai intrinsik.
Zigah menyatakan, banyak investor yang skeptis menyatakan bitcoin tidak memiliki nilai intrinsik karena merupakan aset tidak berwujud. Tapi menurut Zigah, nilai intrinsik tidak selalu harus berwujud, bisa juga dilihat dari sisi keamanan yang diberikan.
Ia menyatakan dalam beberapa bulan atau tahun ke depan, akan diketahui apakah bitcoin benar menjadi emas digital atau tidak. Zigah menyakini bitcoin akan menunjukkan sebagai aset store of value.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]